Page 185 - PAI 11 SISWA
P. 185

Di Barus pada masa itu, sudah berkembang suatu dialek bahasa Melayu
                     yang unggul, di samping dialek Malaka dan Pasai. Oleh karena itu, bahasa
                     Melayu yang dipakai Hamzah Fansuri dalam karya-karyanya dapat dianggap
                     contoh terbaik ragam bahasa Melayu Barus.

                         Semua pegiat Sastra Nusantara menyebut bahwa Hamzah Fansuri adalah
                     penyair agung di rantau Sumatera. Disebutkan oleh A Teeuw, ketika Valentijn
                     (seorang sarjana Belanda) mengunjungi Barus pada 1706, ia membuat catatan
                     yang menunjukkan kekagumannya kepada sang penyair.
                         ‘’Seorang  penyair  Melayu,  Hamzah  Pansur,  adalah  sosok  terkemuka
                     di lingkungan orang-orang Melayu, karena syair dan puisinya yang
                     menakjubkan. Kita dibuat dekat kembali dengan kota kelahiran sang
                     penyair, jika mengangkat naik timbunan debu kebesaran dan kemegahan
                       lampau,    Valentijn.

                     3.  Karya Tulisnya
                     Syekh Hamzah Fansuri merupakan figur penting dalam sejarah kebudayaan

                     Melayu-Indonesia. Kemasyhurannya meliputi banyak bidang, yakni
                     kesusastraan, tasawuf, dan dakwah  Islam. Namun, sedikit sekali yang
                     dapat memastikan detail riwayat hidup sang perintis tradisi penulisan syair
                     berbahasa Melayu itu.
                         Berikut ini, sedikir rincian karya beliau yang terkait dengan kesusatraan
                     Melayu:
                         Syair Hamzah Fansuri terdiri atas 13-21 bait. Setiap bait terdiri atas empat
                     baris, yang berima a-a-a-a. Pada umumnya jumlah kata tiap baris ada empat,
                     meskipun terdapat pengecualian. Syair Hamzah al-Fansuri banyak dipengaruhi
                     puisi-puisi Arab dan Persia (seperti rubaiyat  karya  Umar Khayyam), namun
                     tetap ada perbedaan, yakni: Rima Rubaiyat adalah a-a-b-a, sedangkan Hamzah
                     al-Fansuri memakai rima a-a-a-a.

                         Selanjutnya, jika ditelaah dari segi tema setiap syair yang dikarang
                     Hamzah al-Fansuri, lebih banyak membahas tentang aspek tasawuf. Hal
                     ini, dikarenakan bidang lain yang diminati adalah tasawuf, selain sastra dan
                     dakwah Islam.

                         Hamzah Fansuri banyak melakukan kreasi atau inovasi baru,
                     yang sebelumnya tidak dikenal dalam sastra Melayu lama. Misalnya,
                     memperkenalkan bentuk puisi baru untuk mengekspresikan diri. Inovasi


                                    BAB 5: Meneladani Jejak Langkah Ulama Indonesia yang Mendunia  165
   180   181   182   183   184   185   186   187   188   189   190