Page 94 - PAI 11 SISWA
P. 94

sehingga dapat ditransformasikan ke dalam jiwa anak yang menghadapi
                      masalah.
                  6.  Pentingnya membentuk banyak organisasi atau lembaga yang mewadahi
                      aktivitas pelajar atau anak, baik di lingkup sekolah (misalnya OSIS
                      dengan segala sub-unitnya) maupun di lingkungan tempat tinggal sang
                      pelajar, seperti: Karang Taruna, Majelis Ta’lim Remaja, Kelompok Belajar
                      dan semacamnya.

                  7.  Melakukan usaha untuk meningkatkan kemampuan pelajar atau remaja
                      di bidang tertentu sesuai minat dan bakat masing-masing, sehingga
                      semakin tumbuh kepercayaan dirinya, karena di mata teman-temannya
                      dia memiliki skill dan keterampilan yang memadai. Tidak seperti di
                      kebanyakan sekolah yang orientasinya hanya nilai, angka rapot bagus,
                      atau berapa rangkingnya.
                  e.  Penanganan Pelajar yang Menyimpang

                  Minimal ada 5 penanganan terhadap pelajar yang menyimpang, yaitu:

                  1.  Kepercayaan. Sang pelajar harus memiliki kepercayaan kepada pihak-
                      pihak yang mau membantunya (wali kelas, guru BP, guru agama, dan
                      lainnya). Mereka para pelajar yakin akan ditolong dan tidak akan
                      dib  Jik  p          luar’      apa-ap
                      kar          kepenting  la
                      untuk menolongnya.
                  2.  Kemurnian Hati. Pelajar itu sudah percaya bahwa penanganan ini tidak
                      bersyarat. Buat pelajar atau remaja, urusan membantu, ya membantu
                      saja. Tidak perlu ditambahi, “tetapi tetapi”. Sebab  itu, pelajar lebih
                      mempercayai teman-temannya sendiri, jika menghadapi problema,
                      meski terkadang nasehatnya tidak utuh dan solusinya bersifat parsial
                      atau sepotong-potong.
                  3.  Kemampuan mengerti dan menghayati (empathy) perasaan pelajar atau

                      remaja. Disebabkan posisi  yang berbeda antara anak (pelajar) dengan
                      orang dewasa (orang tua, guru), sulit bagi orang dewasa berempati
                      kepada pelajar, karena kepentingan yang susah dikalahkan. Biasanya
                      orang dewasa merasa lebih unggul dan kurang menghargai posisi pelajar.
                  4.  Kejujuran. Ini penting dilakukan, karena sang pelajar ingin keterbukaan,
                      termasuk sanksi yang diterima, meskipun tidak menyenangkan. Katakan



                    74   Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti untuk SMA/SMK Kelas XI
   89   90   91   92   93   94   95   96   97   98   99