Page 3 - Kelas_01_SD_Pendidikan_Agama_Katolik_dan_Budi_Pekerti_Siswa_Neat
P. 3
Kata Pengantar
Agama terutama bukanlah soal mengetahui mana yang benar atau yang salah, tetapi mengetahui
dan melakukannya seperti dikatakan oleh Santo Yakobus: “Sebab seperti tubuh tanpa roh adalah mati,
demikian juga iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati” (Yakobus 2:26). Demikianlah, belajar
bukan sekadar untuk tahu, melainkan dengan belajar seseorang menjadi tumbuh dan berubah serta
mengubah keadaan. Kurikulum 2013 dirancang agar tahapan pembelajaran memungkinkan peserta didik
berkembang dari proses menyerap pengetahuan dan mengembangkan keterampilan hingga memekarkan
sikap serta nilai-nilai luhur kemanusiaan.
Pembelajaran agama diharapkan tak hanya menambah wawasan keagamaan, tapi juga mengasah
“keterampilan beragama” dan mewujudkan sikap beragama peserta didik. Tentu saja sikap beragama
yang utuh dan berimbang, mencakup hubungan manusia dengan Penciptanya dan hubungan manusia
dengan sesama dan lingkungan sekitarnya. Untuk memastikan keseimbangan ini, pelajaran agama perlu
diberi penekanan khusus terkait dengan budi pekerti.
Hakikat budi pekerti adalah sikap atau perilaku seseorang dalam berinteraksi dengan Tuhan, diri
sendiri, keluarga, masyarakat dan bangsa, serta alam sekitar. Agar terpancar kesantunan dan kemuliaan
dalam interaksi tersebut, kita perlu menanamkan kepada peserta didik nilai-nilai karakter seperti
kejujuran, kedisiplinan, cinta kebersihan, cinta kasih, semangat berbagi, optimisme, cinta tanah air,
kepenasaran intelektual, dan kreativitas.
Buku Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti ini ditulis dengan semangat itu. Pembelajarannya
dibagi-bagi dalam kegiatan-kegiatan keagamaan yang harus dilakukan peserta didik dalam usaha
memahami pengetahuan agamanya dan diaktualisasikan dalam tindakan nyata dan sikap keseharian
yang sesuai dengan tuntunan agamanya, baik dalam bentuk ibadah ritualis maupun ibadah sosial.
Peran guru sangat penting untuk meningkatkan dan menyesuaikan daya serap peserta didik dengan
ketersediaan kegiatan yang ada pada buku ini. Penyesuaian ini antara lain dengan membuka kesempatan
luas bagi guru untuk berkreasi dan memperkayanya dengan kegiatan-kegiatan lain yang sesuai dan
relevan, yang bersumber dari lingkungan alam, sosial, dan budaya sekitar.
Buku ini merupakan edisi kedua sebagai penyempurnaan dari edisi pertama. Buku ini sangat terbuka
dan terus dilakukan perbaikan dan penyempurnaan. Oleh karena itu, kami mengundang para pembaca
memberikan kritik, saran dan masukan untuk perbaikan dan penyempurnaan pada edisi berikutnya. Atas
kontribusi tersebut, kami mengucapkan terima kasih. Mudah-mudahan kita dapat memberikan yang
terbaik bagi kemajuan dunia pendidikan dalam rangka mempersiapkan generasi seratus tahun Indonesia
Merdeka (2045).
Jakarta, Januari 2014
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI
Mohammad Nuh
iii