Page 7 - PBB & BPHTB
P. 7
b) Jika NJKP = 40% x (NJOP - NJOPTKP) PBB = 0,5% x 40% x (NJOP-NJOPTKP)
= 0,2% x NJKP
Keterangan singkatan yang digunakan dalam perhitungan PBB.
E. Mekanisme Pembayaran PBB
Mekanisme Penagihan Dan Pembayaran Pajak Bumi Dan Bangunan (PBB) Pada Badan
Pendapatan Daerah Kota Makassar. Penelitian ini bertujuan untuk Mengetahui mekanisme
penagihan dan pembayaran pajak bumi dan bangunan Pada Badan Pendapatan Daerah Kota
Makassar, mengingat pajak bumi dan Bangunan telah dialihkan menjadi pajak daerah dan baru
dioperasikan pada awal Tahun 2015. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif
kualitatif yaitu jenis Penelitian yang digunakan penulis dengan menggambarkan hasil
observasi datadata yang diperoleh dari tempat penelitian.
Hasil penelitian menujukkan bahwa Mekanisme penagihan dan pembayaran pajak bumi
dan bangunan diawali Dengan diterbitkannya Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT).
Wajib Pajak Dapat mengambil Surat Pemberitahuan Pajak Terutang ke tempat pelayanan unit
Terpadu atau petugas pemungut pajak bumi dan bangunan lalu membayarkan Pajak
terutangnya. Pembayaran dapat dilakukan melalui kantor POS, atau Dilakukan secara online
melalui Anjungan Tunai Mandiri (ATM) atau Bank yang Telah ditunjuk oleh Badan
Pendapatan Daerah Kota Makassar.
F. Keringanan PBB
Pemerintah telah berupaya untuk menciptakan keadilan bagi para wajib pajak, Khususnya
wajib pajak yang kurang mampu dalam memenuhi kewajiban pajak Terutangnya. Dalam
rangka menciptakan keadilan dalam pemungutan pajak bumi dan Bangunan, maka diatur
kebijakan tentang pengurangan pajak bumi dan bangunan. UU No. 12 Tahun 1994 tentang
pajak bumi dan bangunan pasal 19, bahwa Menteri Keuangan dapat memberikan pengurangan
pajak yang terhutang. Pengurangan pajak Bumi dan bangunan (PBB) adalah pemberian
keringanan pajak yang terutang atas Objek pajak (Hairul Pahmi, 2009)
Menyangkut persentase pemberian pengurangan ini khusus untuk veteran Aturannya
adalah sudah baku yaitu 75% sedangkan untuk yang lain belum ada. Pemberian pengurangan
pajak bumi dan bangunan di KPP Pratama antara satu Dengan yang lain bervariasi tergantung
kebijakan masing-masing. Artinya bahwa Persentase pemberian pengurangan masih bersifat
subjektif, sehingga diperlukan Paraturan yang baku (Sujono, 2009).
Dengan adanya kebijakan ini, diharapkan penerimaan pajak bumi dan Bangunan dapat
tercapai sesuai dengan target dan bisa mengubah cara pandang wajib Pajak terhadap pajak
4