Page 22 - Nona Bupu Pemandu Cilik
P. 22

Saya, Tuti, dan Sherlin berbaris rapi. Kami mematuhi komando dari Kak Tiara untuk


          hormat kepada bendera yang berkibar gagah di hadapan kami.


                 Hari semakin siang. Kami memutuskan untuk segera turun. Medan yang kami lalui


          saat menuruni Gunung Inerie tak kalah terjal dengan perjalanan mendaki. Lagi-lagi Kak


          Tiara terseok-seok menyusuri jalan berbatu. Beberapa kali Kak Tiara memuji kelihaian kami


          dalam mendaki gunung.


                 “Kak, makan ini.” Saya menyodorkan beberapa butir anggur hutan kepada Kak Tiara.



                 “Apa ini?” tanyanya.



                 “Anggur  hutan,”  jawab  saya  seraya  mengangsurkan  anggur  hutan  ke tangan  Kak


          Tiara.


                 “Rasanya sedikit sepat dan kecut. Tapi enak,” ujar Kak Tiara setelah mengunyah dua


          butir anggur hutan yang baru saja saya petik untuknya.



                 Kami kembali melanjutkan perjalanan pulang. Kami sampai di rumah Tuti pukul 14.30


          WITA. Seperti biasa, Mama Indah sudah menyediakan beberapa gelas kopi bajawa untuk

          pendaki yang kami pandu.



                 Setelah menghabiskan satu gelas kopi, Kak Tiara pamit pulang. Karena perjalanan


          dari Watumeze ke Kolokoa lumayan jauh, kami sepakat untuk mengantar Kak Tiara. Kami


          juga diizinkan untuk menginap di rumah Om Titus malam ini.

















          14
   17   18   19   20   21   22   23   24   25   26   27