Page 25 - Masa-il-Diniyyah-Buku-Kedua_Dr.-H.-Kholilurrohman-MA
P. 25

﴾    ىي تسا    ِ شرع لا   ٌ     ن   لع  ُ        محرلا ﴿ Maka harus  diambil  zhahir ayat
                                           َّ



                  ini. Kita menjawab : Allah juga berfirman :

                       ِ
                    ﴾     طِحم     ءٌش     لُ  ِ  ُ  ِ    ٗ     : 4 )   ﴿ أ     هَّ نإ   كب  دُدلحا   ةريس  ﴾   (    متنك      ام     ُ    نُ    أ    مُ كعم     يهو ﴿
                                                             ُ

                               ِّ

                        ُ

                                                                            ُ

                                                                   )     54    :  تلصف   ةريس (
                                                                         ّ
                  Jika  kaedahnya  seperti  yang  anda  katakan  berarti  harus
                  diambil juga zhahir kedua ayat ini dan itu berarti Allah berada
                  di atas 'arsy, ada di antara kita, ada bersama kita serta meliputi
                  dan  mengelilingi  alam  dengan  Dzat-Nya  dalam  saat  yang
                  sama. Padahal –kata al Qusyairi- dzat yang satu mustahil pada
                  saat  yang  sama  berada di  semua  tempat.  Kemudian    –kata al
                  Qusyairi-   jika   mereka    mengatakan     :   firman   Allah
                  ﴾  مُ كعم     يهو ﴿ yang dimaksud adalah dengan ilmu-Nya, dan

                           ُ

                                       ِ
                                                   ِ
                  firman  Allah  ﴾      طِحم      ءٌش      لُ كب  ﴿  maksudnya  ilmu  Allah

                                                ِّ
                                        ُ

                  meliputi  segala  sesuatu.    Maka  kita  katakan  :  jika  demikian,
                  maka  ﴾  ىي تسا     ِ شرع لا    ٌ  لع  ﴿  berarti  qahara,  hafizha  dan  abqa



                  (menundukkan       dan     menguasai,      memelihara      dan
                  menetapkannya)".  Maksud  al  Qusyairi  adalah  jika  mereka  di
                  sini mentakwil ayat-ayat Mutasyabihat semacam ini dan tidak
                  memaknainya secara zhahirnya,  lalu mengapa mereka mencela
                  orang  yang  mentakwil  ayat    istiwa'  dengan  qahr,  Ini  adalah
                  bukti  bahwa mereka telah  berpendapat  tanpa  disertai  dengan
                  dalil.
                         Selanjutnya,    Al  Qusyairi  mengatakan  :  "Seandainya
                  perkataan  kami  bahwa  istawa  berarti  qahara    memberi
                  persangkaan  bahwa  telah  terjadi  pertarungan  dan  awalnya



                                                22
   20   21   22   23   24   25   26   27   28   29   30