Page 33 - The disappearance of a hiker fix_Neat
P. 33
[Dengan segenap kekuatan, Bara menarik Rebeca dan berlari sekuat tenaga, meninggalkan
bayangan mengerikan itu di belakang mereka.]
[After running far, they finally manage to escape the dark forest.]
[Setelah berlari jauh, mereka akhirnya berhasil keluar dari hutan yang gelap.]
Rebeca : (gasping for air, her body trembling) "Thank goodness... it was just a dream."
Rebeca : (terengah-engah, tubuhnya gemetar) "Syukurlah... ini hanya mimpi."
[Rebeca tried to steady her breathing, her heart still pounding hard. She looked around the tent,
reassuring herself that everything was fine. Her friends were still asleep, unaware of what had just
unfolded in her subconscious.]
[Rebeca mencoba mengatur napasnya, jantungnya masih berdegup kencang. Ia memandangi
sekeliling tenda, memastikan semuanya baik-baik saja. Teman-temannya masih terlelap, tidak
menyadari apa yang baru saja terjadi dalam alam bawah sadarnya.]
Rebeca : (whispering softly, trying to convince herself) "It wasn’t real... I’m safe here."
Rebeca : (berbisik pelan, mencoba meyakinkan dirinya) "Itu tidak nyata... aku aman di
sini."
[But as she wiped her face with her hands, her eyes froze on something strange. Faint red lines
stretched across her skin, as though scratched by something sharp. She stared, bewildered.]
[Namun, ketika ia mengusap wajahnya dengan tangannya, matanya terhenti pada sesuatu yang
aneh. Garis-garis merah samar melintang di kulitnya, seperti bekas sesuatu yang tajam. Ia
terdiam, menatapnya dengan bingung.]
[After a few seconds, the first rays of sunlight began to seep into the tent. Gradually, the lines faded
until there was no trace left behind.]
[Setelah beberapa detik, sinar matahari pertama mulai menyelinap masuk ke dalam tenda.
Perlahan, garis-garis itu memudar hingga tidak ada jejak yang tersisa.]
27