Page 9 - 02 BAHAN AJAR - NI KADEK WIDYASIH FLIP BOOK
P. 9
Meskipun ada beberapa model pengelolaan lahan pertanian sawah
terasering seperti yang terdapat di Sumatra, Jawa, Flores, Sulawesi, bahkan di
Filipina, Subak di Bali berbeda. Subak merupakan kebudayaan warisan nenek
moyang di Bali. Subak merupakan sistem pertanian paling demokratis di dunia.
Subak tidak hanya sekadar pengelolaan mendistribusikan air dari sungai, namun
merupakan perwujudan dari sebuah institusi sosial dan religius di antara para
petani untuk berbagi tanggung jawab yang adil dari pembagian aliran irigasi
persawahan.
Jika dilihat dari kacamata modern, subak tidak efisien, akan tetapi subak
merupakan sistem yang sangat efektif untuk mengelola sumber daya alam yang
ada Menurut kepercayaan Hindu Bali, subak merupakan perwujudan manifestasi
Tri Hita Karana (Tiga Hubungan Kesejahteraan), yaitu menjaga keharmonisan
hubungan antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan alam, dan manusia
dengan sesamanya Subak juga dikatakan sebagai wadah yang berperan untuk
menghindan konflik di antara para petani di sawah. Semua diatur melalui sistem
demokratis, di mana terdapat seorang kelian (pengurus Subak) yang bertugas
mengatur urusan-urusan yang berhubungan dengan pembagian air, maupun
hubungan sosial di antara anggota subak.
Pada sistem subak terjadi kerja sama sosial dalam mengelola air yang
intinya bentang lahan tidak boleh diubah. Aliran sungal tidak diubah, hanya diatur
aliran aimya untuk memenuhi kebutuhan areal persawahan. Apabila terjadi
pelanggaran, maka akan diberikan hukuman dengan membayar sanksi denda
maupun kewajiban melakukan upacara Oleh karena sifatnya yang dibangun dan
bawah (bottom up), pemerintah tidak campur tangan dalam pengelolaan sistem
subak ini.