Page 461 - Artikel Prosiding SEMNAS PGSD UMC 2022
P. 461

mengubah konten buku yang diberikan kepada siswa, dimana konten atau isi buku tersebut bukan
                  hanya  berfokus  pada  kurikulum.  Selain  itu,  mata  pelajaran  bahasa  Indonesia  di  sekolah  juga
                  menjadi  peranan  penting  dalam  rangka  menumbuhkan  kesadaran  pentingnya  literasi  dengan
                  banyak kegiatan,  contohnya  membuat  karya  tulis.  Dengan  begitu,  peserta  didik  akan  mengerti
                  pentingnya mendukung budaya literasi dan dapat melahirkan ide-ide yang cemerlang yang bahkan
                  dapat mengatasi persoalan bangsa.
                        Selain  proses  pembelajaran  yang  membutuhkan  strategi  yang  tepat,  penilaian  juga
                  merupakan  bagian  yang  tidak  dapat  terpisahkan.  Terkait  dengan  implementasi  kurikulum,
                  penilaian  menjadi  perangkat  yang  dilakukan  untuk  mengukur  dan  menilai  pencapaian  tingkat
                  kompetensi.  Selain  itu,  penilaiandigunakan  untuk  mengetahui  kelemahan  dalam  proses
                  pembelajaran, sehingga bisa didiagnosis dan melakukan perbaikan pada proses pembelajaran.
                        Penilaian autentik (authentic assessment) merupakan bentuk penilaian terhadap penguasaan
                  peserta didik akan pengetahuan, keterampilan, dan sikap sesuai dengan tuntutan kompetensi inti
                  dan  kompetensi  dasar  dari  mata  pelajaran  bahasa  Indonesia.  Penilaian  yang  digunakan  pada
                  kurikulum merdeka ini, diarahkan pada asesmen berkelanjutan. Yang mana penilaian autentik ini
                  memberikan cara penilaian yang cukup luas terhadap perkembangan siswa. Tidak hanya aspek
                  kognitif yang menjadi acuan utama penilaian, melainkan juga aspek afektif dan psikomotor.
                        Implementasi  penilaian  autentik  sebenarnya  telah  diberi  ruang  sejak  Kurikulum  Tingkat
                  Satuan  Pendidikan  (KTSP),  namun  hal  tersebut  belum  terlaksana  secara  optimal.  Kusmijati
                  menjelaskan  bahwa  belum  semua  guru  paham  terhadap  pelaksanaan  penilaian  autentik
                  (Kusumajati, 2014). Hal tersebut dikarenakan belum meratanya pembagian buku panduan guru
                  terhadap sistem pelaksanaan penilaian autentik. Guru hanya sebatas mengetahui pengertian dasar
                  atas penilaian autentik, tapi belum mengetahui cara penerapannya. Karena itu, tujuan penulisan
                  artikel ini adalah untuk mendeskripsikan perencanaan dan implementasi penilaian autentik pada
                  mata  pelajaran  bahasa  Indonesia  di  tingkat sekolah  dasar  sebagai  bahan  cerminan  dan  refleksi
                  dalam melakukan proses perbaikan program pembelajaran.

                  B.    METODE PENELITIAN
                        Penulisan  artikel  ini  menggunakan  metode  penelitian  deskriptif  dengan  pendekatan
                  kualitatif.  Sumber  data  pada  penelitian  ini  didapatkan  dari  buku,  jurnal,  dan  artikel  terkait
                  penilaian autentik, pembelajaran bahasa Indonesia, dan evaluasi pembelajaran bahasa Indonesia.
                  Teknik pengumpulan data menggunakan metode studi dokumen, mengandalkan sumber informasi
                  yang sudah ada sebagai sumber data. Analisis data didapatkan dari menganalisis dan mengkaji
                  sumber data yang ada dan mengembangkan serta mendeskripsikannya secara lebih rinci

                  C.    HASIL DAN PEMBAHASAN
                        Hal yang paling mendasar dari perencanaan penilaian autentik pada mata pelajaran bahasa
                  Indonesia adalah pemahaman pendidik selaku subjek pendidikan terhadap penilaian autentik itu
                  sendiri.  Pendidik  dituntut  untuk  menjadi  profesional  dengan  menguasai  berbagai  kompetensi,
                  termasuk kompetensi untuk mengevaluasi pembelajaran mata pelajaran bahasa Indonesia. Hal ini
                  disebabkan  terjadinya  pergeseran  teknik  evaluasi  pembelajaran  dari  yang  sebelumnya
                  menggunakan penilaian melalui tes (mengukur pengetahuan berdasarkan hasil), menuju penilaian
                  autentik  (mengukur  kompetensi  pengetahuan,  keterampilan,  dan  sikap  berdasarkan  hasil).
                  Pendidik harus bisa menangkap informasi yang dihasilkan melalui penilaian untuk mengubah atau
                  memperbaiki silabus, metode, media, dan sistem pembelajaran di kelas dan juga untuk membantu
                  peserta  didik  mencapai  perkembangan  belajar  yang  optimal.  Karena  salah  satu  indikator
                  keberhasilan pembelajaran ditentukan oleh hasil evaluasi peserta didik.



                                                             452
   456   457   458   459   460   461   462   463   464   465