Page 97 - Kumpulan Cerita Rakyat Pamona, Sebuah Intepretasi Baru
P. 97

tangan kirinya digerakkannya, memberi isyarat agar ikut.
               Sepertinya aku tidak punya pilihan lain.















               “Ingga 132 ,” kata laki-laki yang lebih muda, yang tampak
               seusiaku.  Aku  segera  bangkit  dan  mengikuti  mereka.
               Sekelilingku mulai tampak gelap, dan logikanya tentu saja
               aku tidak mau tinggal di sini sendirian!

               Setelah  berjalan  kaki  sekitar  kurang  lebih  lima  belas
               menit, kakiku mulai terasa pegal. Kami menyusuri jalan
               setapak  yang  membelah  bukit  dan  deretan  pepohonan
               tinggi  yang  aku  tidak  kenali,  teman-temanku  entah  di
               mana, bus wisata yang terparkir di lapangan kosong juga
               tidak terlihat. Aku mencoba menerka-nerka sekali lagi apa
               benar diriku terlempar kembali ke masa lalu? Seperti di
               film-film Hollywood yang pernah aku tonton?

               Di hadapanku ada deretan rumah panggung yang hampir
               di  setiap  rumah  tersebut  berdampingan  dengan  sebuah
               rumah panggung berbentuk unik yang memiliki sejumlah
               tiang penyangga pendek yang tingginya tidak lebih dari 1



               132  Cepat kemari

                                                                    93
   92   93   94   95   96   97   98   99   100   101   102