Page 13 - Bank_syariah_peran_sosial_dalam_kerangka_maqashid_
P. 13
tidak baik karena di bawah standar nilai alternatif (274,29). Untuk itu, JBB
bank ini dapat dilakukan dengan melakukan restrkturisasi permodalan 9, 2
bank. Hal ini didukung pernyataan Ikpefan, Emenas, Edwin, & Bede
(2014) bahwa restrukturisasi modal direkomendasikan sebagai cara
untuk mendongkrak profitabilitas.
Barwa Bank berada di posisi kelima, disebabkan bank tersebut
memiliki permasalahan yang sama dengan BNIS yaitu nilai ROE nya
terbilang rendah. Nilai ROE bank Barwa sebesar 0,079 lebih rendah 191
nilainya dibandingkan dengan nilai ROE bank BNIS (posisi keempat).
Jika, dilihat dari nilai alternatifnya, bank Barwa memiliki nilai NA sebesar
227,52. Nilai tersebut dibawah nilai standar NA sebesar 274,29, sehingga
indeks profitabilitas bank menjadi tidak baik.
Bank Muamalat Indonesia (BMI) berada di posisi keenam dari sisi
pencapaian profitabilitasnya. Bank ini terendah nilai rasio keuangannya
dari sisi keuntungan atas pengelolaan aset atau yang sering disebut
dengan return on asset/ROA yaitu sebesar 0,006. Namun, ROA bank
Muamalat sedikit lebih tinggi nilainya dibandingkan dengan nilai ROA
bank BRI Syariah (posisi terakhir) yaitu sebesar 0,0057. Dari sisi nilai
alternatif (NA), bank ini memiliki nilai 225,56, di bawah nilai 274,29 yang
berarti di bawah standar nilai alternatif (proksi indeks profitabilitas).
Bank BRI Syariah (BRIS) memiliki ranking ketujuh dari sisi indeks
profitabilitas. Nilai alternative dari BRI Syariah sebesar 169,29, nilai
ini masih terbilang tidak baik pencapaian profitabilitasnya (di bawah
274,29). Bank ini berada pada ranking 7, salah satunya disebabkan
nilai kriteria ROA atas perhitungan CPI sebesar 74,55 yang mendekati
nilai 100 (100 diasumsikan nilai indeks ROA terendah, pada kondisi
tren menurun). Terbukti, rasio kinerja (RK) ROA nilainya 0,0057. Salah
satunya, diakibatkan kecilnya total aset yaitu sebesar Rp.31 miliar tahun
2017, relatif lebih kecil total asetnya jika dibandingkan dengan bank
yang berada di posisi keenam yaitu sebesar Rp. 61 miliar tahun 2017.
Velnampy dan Nimalathasan (2010), mengemukakan bahwa semakin
besar size maka profitabilitas bank semakin mudah dihasilkan. Bank ini
dapat melakukan ekspansi usaha agar total aset bank/size bank dapat
lebih optimal pencapaiannya.
Peran Sosial dan Profitabilitas berdasarkan Quadrant Analysis
Measurement
Bank syariah yang baik hendaknya tidak hanya bertujuan meraih profit
namun juga baik penilaian atas maqashid syariahnya. Pada gambar di
bawah ini dipaparkan mengenai quadrant analysis measurement. Gambar 3
berikut menggambarkan kecenderungan apakah bank syariah cenderung
mengejar profit dari pada maqashid syariah atau telah baik keduanya.
Bank Muamalat Indonesia (BMI) berada di posisi ke 1 dari sisi
pencapaian maqashid syariah dengan nilai IMS sebesar 0,068. Bank ini
paling besar alokasi dananya untuk zakat dibandingkan 6 bank syariah
lainnya. Sebagai gambaran alokasi dana zakat bank Muamalat sebesar
0,25 tahun 2017. Namun dari sisi profit, menempati posisi ke 2 terbawah,
dengan nilai alternative sebesar 225,56, yang disebabkan rendahnya rasio
kinerja (RK) ROA sebesar yaitu 0,006. Oleh karena, rendahnya IMS (di
bawah 0,2) dan indeks profitabilitas (225,56, dibawah 274,29). maka bank
ini masuk kuadran LLQ.