Page 120 - Modul Pendidikan Agama Islam Flipbook
P. 120
Selain itu, pentingnya menjaga keturunan juga bertujuan untuk
melestarikan kehidupan manusia di bumi. Oleh karena itu, manusia harus
memiliki generasi penerus untuk melanjutkan perjuangan dan cita-cita
para pendahulu. Atas dasar inilah Islam menganjurkan umatnya untuk
menikah. Sebab, menikah merupakan satu-satunya jalan untuk melahirkan
keturunan yang sah. Setelah lahir keturunan, Islam mewajibkan orang tua
untuk menjaga, merawat dan mendidik mereka dengan sebaikbaiknya. Bagi
anak yatim, Islam mewajibkan masyarakat muslim untuk menyantuni dan
mencukupi kebutuhannya sehari-hari. Semua ini diajarkan oleh Islam
dalam rangka menjaga keturunan (hifzhu al-nasl)
Dalam rangka menjaga keturunan, Islam melarang dengan keras
genocide, yakni pembunuhan yang dimaksudkan untuk menghilangkan jejak
asal usul seseorang. Peristiwa genocide ini bisa terjadi karena persoalan
ras, suku, agama atau pun politik. Jangankan genocide, membunuh tanpa
sebab yang dibenarkan agama juga termasuk dosa besar.
e) Menjaga Harta (hifzhu al-mal)
Melalui kepemilikan harta, seseorang bisa bertahan hidup atau pun
hidup layak dan dapat melakukan ibadah dengan tenang. Maka dari itu,
Islam sangat memperhatikan masalah harta benda untuk menopang
kehidupan manusia. Allah Swt. memerintahkan umat-Nya untuk bekerja
mencari rezeki yang halal. Al-Qur`an mengistilahkan dengan “fadlullah”
yang artinya “karunia Allah” sebagaimana ayat berikut ini
Artinya: “Apabila salat telah dilaksanakan, maka bertebaranlah kamu di
bumi; carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak agar kamu
beruntung.” (Q.S. al-Jumuah/62: 10)
Di samping memerintahkan mencari harta, Islam juga
memperhatikan proses dan cara-cara yang digunakan dalam memperoleh
harta tersebut. Proses dan cara yang digunakan untuk mendapatkan harta
benda harus benar-benar halal. Islam melarang semua bentuk kecurangan
dalam memperoleh harta benda, seperti mencuri, menipu, riba, korupsi,
memonopoli produk tertentu, atau pun tindakan tercela lainnya.
Pada masa kekhalifahan Umar bin Khattab r.a., ada seorang petani
Syiria yang mengadu bahwa tanamannya telah terinjak-injak oleh pasukan
muslimin, maka Umar bin Khatab r.a. memerintahkan agar membayar ganti
rugi kepada petani tersebut yang diambilkan dari kas negara. Hal ini
menjadi bukti bahwa siapa pun tidak boleh melakukan perbuatan yang
dapat merusak atau merugikan harta benda miliki orang lain.
106 MODUL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM KELAS X Tutik Khoirunisa, S.Pd