Page 95 - Perbaikan Akhir E-Modul PBUPB 2
P. 95
BAB VI MENGUKUR KEBERLANJUTAN
mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai status
keberlanjutan di Indonesia.
Rumusan IPB yang dihasilkan Bappenas masih bersifat
semi-kuantitatif (Fauzi & Oxtavianus, 2014). Namun,
ukuran tersebut masih menghadapi beberapa kendala,
misalnya data yang dibutuhkan tidak selalu tersedia setiap
tahun. Hal ini tentu berdampak pada pelaksanaan
pengukuran secara berkelanjutan dan konsisten.
IPB bersifat holistik perlu melibatkan parameter yang
tidak hanya bersifat ekonomi, sosial, dan lingkungan, tetapi
juga memperhatikan indikator yang lebih luas. Sebagai
acuan indikator meningkatkan keberlanjutan menurut
Mardiana & Primadasa (2023) memerlukan penerapan Key
Performance Indicators (KPI) yang terdiri dari 11 indikator
ekonomi, 5 indikator lingkungan dan 4 indikator sosial,
termasuk konsumsi dan produksi berkelanjutan,
keanekaragaman hayati, tata kelola yang baik, dan
kesenjangan digital. Indikator yang mampu mengukur
efisiensi penggunaan sumber daya, seperti persentase
energi terbarukan dalam total konsumsi energi,
memberikan wawasan yang lebih mendalam mengenai pola
konsumsi yang berkelanjutan.
Pengukuran berkelanjutan melakukan perhitungan di
berbagai tahapan siklus pembangunan, mencakup pra-
pelaksanaan, selama pelaksanaan, dan pasca-pelaksanaan.
Melalui pengukuran berkala, kita dapat melihat progres
menuju pencapaian keberlanjutan. Pada tahap pra-
pelaksanaan, pengukuran awal diperlukan untuk
memahami kondisi eksisting dan menetapkan tujuan yang
80

