Page 57 - condet
P. 57

sambil menunggu  Astawana lengah. Tiba-tiba ia memukulkan
            seikat daun lontar ke punggung Astawana di depannya.
                 “Praakk!”
                 Aneh. Seketika tubuh pendekar itu terhuyung-huyung

            lalu jatuh ke tanah. Menyaksikan itu, Jan Ament tertawa.
            Menyaksikan lawannya tak berdaya, perlahan ia berjalan
            mendekati pendekar itu sambil bertolak pinggang.
                 “Saya tak ingin melihat kamu mati di sini. Saya tak ingin

            dikatakan pembunuh oleh rakyat di daerah ini. Sebaiknya,
            kamu menyerah sekarang,” kata Jan Ament.
                 Jan Ament bertolak pinggang di sampingnya.
                 Astawana terdiam. Ia merasa tubuhnya lemas. Keringat

            dingin membasahi tubuhnya. Maemunah yang berdiri di
            teras, buru-buru berlari menghampiri suaminya itu.
                 “Sekarang saya yang berkuasa di daerah ini, Nyonya.
            Jangan macam-macam,” ujar Jan Ament dingin sambil

            memandang Maemunah.
                 Yang ditatap balas menatap dengan wajah dingin.
                 “Mulai  sekarang,  daerah  ini  saya  yang  mengatur,
            mengerti?” katanya dengan nada pongah.

                 Maemunah menatap tajam orang Belanda itu lalu
            dengan seluruh tenaga ia membantu suaminya berjalan
            menuju teras. Sementara itu, Jan Ament menyeringai. Ia
            merasa senang karena tujuannya sudah tercapai.



                                         ***



                                          45
   52   53   54   55   56   57   58   59   60   61   62