Page 134 - WYJH V3 N2 DES 2020
P. 134
Widya Yuridika: Jurnal Hukum, Volume 3 / Nomor 2 / Desember 2020
melakukan zina yang dilarang oleh hukum Agama dan Negara. Pengajuan
permohonan izin poligami dengan alasan ini dikabulkan oleh Hakim, yang
kenyataannya bahwa pihak Pemohonlah sebagai suami yang mengalami hiperseks
sehingga merasa tidak terpuaskan dalam melakukan hubungan suami isteri,
sehingga membuat Termohon merasa tidak sanggup untuk selalu melayani
keinginan seksual Pemohon yang begitu tinggi.
Pada penetapan pengadilan di atas dapat dilihat pemohon memiliki alasan yang
sama yaitu pemohon atau suami hiperseksual yaitu keinginan yang tinggi akan hubungan
seksual dan memohon untuk bisa beristri lebih dari seorang. Pada penetapan pengadilan
diatas suami menyatakan bahwa istrinya tidak mampu memenuhi kewajibannya sebagai
seorang istri karena kewalahan dalam melayani keinginan suami. Inilah fokus penelitian
ini, setelah sebelumnya ada penelitian yang membahas tentang kesesuaian alasan
hiperseksual masuk dalam rumusan pasal 4 ayat 2 huruf a Undang-Undang Perkawinan
yaitu istri tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagi istri. Penelitian terdahulu
tersebut menyimpulkan bahwa hiperseksual tidak sesuai dengan rumusan pasal 4 ayat 2
huruf a karena yang dimaksud tidak dapat memenuhi kewajiban sebagai istri itu adalah
jika istri sengaja atau lalai untuk tidak melayani suaminya. Pada penetapan di atas Hakim
7
mengabulkan permohonan pemohon karena didasarkan pada pasal 4 ayat (2) huruf a
yaitu istri tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagi seorang istri. Padahal
hiperseksual ada dalam diri laki-laki yang mana kelebihan nafsu untuk melakukan
hubungan seksual. Tapi kemudian hukum melimpahkan pada tanggung jawab itu pada
perempuan. Kemudian hakim memberikan poligami sebagai solusinya.
Dalam Alquran terdapat surat yang isinya khusus mengenai perempuan yaitu surat
An-nisa . Islam memandang laki-laki dan perempuan sama saja, sama-sama khalifah di
bumi yang membedakan hanya ketaqwaan pada Allah. Dapat dilihat pada surat Al-Hujurat
ayat 13: Hai manusia sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya
kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu di sisi
Allah adalah orang yang paling bertakwa diantara kamu. Hanya Allah melebihkan sedikit
kaum laki-laki dari kaum perempuan, karena laki-laki adalah pemimpin dan pelindung
bagi perempuan. Allah melebihkan sedikit disini adalah masalah tanggung jawab
terhadap perempuan. Seperti pada surat An-Nisa ayat 4: Kaum laki-laki itu adalah
pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-
laki) atas sebagian yang lain (wanita) dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan
sebagian dari harta mereka . Karena hal-hal tersebut diatas peneliti ingin mengkaji Ratio
decidendi hakim dari sudut pandang keadilan gender. Khususnya apakah ada kesesuaian
ratio decidendi hakim tersebut dengan keadilan gender dalam Islam. Hiperseksual pada
putusan pengadilan di atas adalah masalah pada suami, tetapi seakan istri yang menerima
akibatnya dari penetapan pengadilan di atas.
Penelitian yang dilakukan ini adalah penelitian hukum yaitu penelitian yang
dilakukan dengan cara mengkaji peraturan perundang-undangan yang berlaku atau
diterapkan pada suatu permasalahan hukum tertentu. Penelitian ini sering disebut
dengan penelitian doktrinal, yaitu penelitian yang obyek kajiannya adalah dokumen
7 Sulistyarini, Kesesuaian Alasan Suami hiperseksual Dalam Permohonan Izin Poligami Dengan
Pasal 4 ayat (2) huruf a Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, Skripsi , Fakultas
Hukum Universitas Brawijaya, hlm 65
233