Page 31 - E-Modul Pencemaran Lingkungan_Siti Isnaini Fauziah
P. 31
lain-lain) dan limbah rumah tangga lain seperti kertas, kardus, air cucian, minyak
goreng bekas dan lain-lain (Hasibuan, 2016).
2. Limbah anorganik
Sampah anorganik adalah sampah yang berasal dari benda tak hidup. Sampah
anorganik memerlukan waktu lama untuk dapat terurai bahkan tidak dapat terurai
secara alami (undegradable). Beberapa sampah anorganik diantaranya styrofoam,
plastik, kaleng, dan bahan gelas (Marliani, 2014). Limbah anorganik seperti logam
(misalnya besi dari mobil bekas atau perkakas dan almunium dari kaleng bekas atau
peralatan rumah tangga), kaca dan pupuk anorganik (misalnya yang mengandung
unsur nitrogen dan fosfor) (Hasibuan, 2016). Apabila dibakar sampah plastik akan
menghasilkan gas yang akan mencemari udara dan membahayakan pernafasan
manusia, dan jika sampah plastik ditimbun dalam tanah maka akan mencemari tanah
dan air tanah (Nurhenu, 2018).
B. Limbah Industri
Persoalan limbah industri sampai saat ini merupakan masalah yang serius.
Limbah industri dapat dibedakan menjadi beberapa bentuk yaitu limbah padat, cair, dan
gas. Semua bentuk limbah tersebut berpotensi memicu dampak negatif, tidak hanya bagi
lingkungan tetapi juga bagi proses produksinya (Nasir dan Saputro, 2015). Kegiatan
antropogenik seperti bekas lokasi pabrik, pembuangan limbah dan air limbah yang tidak
dikelola dengan baik, tempat pembuangan akhir yang tidak terkontrol, aplikasi agrokimia
yang berlebihan dan banyak lainnya merupakan sumber utama pencemaran. Kegiatan
penambangan dengan menggunakan standar lingkungan yang buruk juga merupakan
sumber kontaminasi dengan logam berat (Amin, 2021). Air limbah yang dibuang ke
tanah dapat berisiko mencemari air sumur dan berbahaya bagi kesehatan masyarakat
sekitar (Rahmatillah dan Husen 2018).
C. Limbah Pertanian
Limbah pertanian yang umumnya menjadi masalah adalah akibat pengunaan
pupuk baik pupuk organik maupun anorganik, termasuk aplikasi obat hama atau
pestisida. Pada saat hujan pupuk tersebut akan larut dan terbawa bersamaan dengan
partikel tanah. Keadaan ini akan diperparah lagi pada daerah pertanian dengan tingkat
kelerengan yang lebih dari 8%. Adapun dampak dari limbah pertanian ini khususnya
pupuk berpengaruh terhadap penyuburan perairan (eutrophication) (Salim, 2002).
Penggunaan pestisida meyebabkan zat berbahaya atau beracun tersapu air hujan dan
masuk ke dalam tanah. Pencemaran yang masuk ke dalam tanah kemudian mengendap
sebagai zat kimia beracun di tanah. Zat beracun di tanah tersebut dapat berdampak
langsung kepada manusia ketika bersentuhan atau dapat mencemari air tanah dan udara
di atasnya. Hal ini dapat menyebabkan kematian musuh alami organisme pengganggu
dan keracunan terhadap ternak dan hewan peliharaan (Ramadhan, 2018).
31