Page 226 - 100 Tokoh
P. 226

Pertengahan  dekade  1960-an  merupakan  saat
          paling sulit baginya,  terutama dalam  menjaga kese­
          imbangan politik antara tiga kekuatan utama; dirinya
          sendiri, angkatan darat,  dan kaum komunis. Hingga
          akhimya  meletuslah  peristiwa  G  30  S  yang  menye­
          babkan  "rumah  kartu  Nasakom" -nya  runtuh.
              Desakan  untuk  membubarkan  PKI  ditanggapi­
          nya  secara  setengah  hati,  sehingga  popularitasnya
          meredup.  Tampaknya  ia  lebih  prihatin  terhadap
          prospek perang saudara dibandingkan menurunnya
          popularitas.  Sikapnya  yang  ambigu  dan  ambivalen
          itu membuat angkatan darat menjadi "gemas". Pihak
          AD akhirnya berhasil mendapatkan mandat  melalui
          Supersemar,  untuk  memulihkan  keamanan  dan  ke­
          tertiban  pada  tahun  1966.  Jenderal  Soeharto,  rival
          politik Soekamo yang paling berat pada saat itu, me­
          manfaatkan  Supersemar  untuk  mengambil  langkah
          politik membubarkan PKI. Popularitas Jenderal  Soe­
          harto  meningkat  tajam,  sementara  Presiden  Soekar­
          no  semakin  terpuruk.
              Tahun 1967 ia menyerahkan jabatan kepresiden­
          an  kepada rivalnya,  Soeharto.  Sejak  awal  1968,  Soe­
          kamo  berada  dalam  karantina politik  dan  tinggal  di
          paviliun Istana Bogor.  Ia  kemudian  dipindahkan  ke
          Batutulis,  Bogor.  Setelah penderitaan selama dua ta­
          hun,  20  Juni  1970  Soekarno  menghembuskan  nafas
          terakhirnya  di  RSPAD.  Jenazahnya  dimakamkan  di
          BIitar,  Jawa  Timur.*****









                                                            209
   221   222   223   224   225   226   227   228   229   230   231