Page 5 - Buku_Fisika_SMK_Neat
P. 5
KATA PENGANTAR
Seiring dengan dibukanya peluang bagi semua siswa lulusan
dari berbagai jenis sekolah menengah, baik yang bersifat sekolah
menengah umum, kejuruan ataupun keagamaan, serta tidak ada lagi
pembedaan terhadap kelompok IPA, IPS ataupun kelompok Bahasa,
agar siswa lulusannya dapat berkompetisi masuk di perguruan
tinggi, maka sebagai konsekuensinya adalah pemerintah harus
menyediakan, mengelola dan membina terhadap fasilitas software
maupun hardware untuk sekolah menengah kejuruan dan sekolah
menengah keagamaan yang mengalami ketertinggalan
dibandingkan dengan sekolah menengah umum, akibat adanya
perubahan kebijakan tersebut.
Dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan dan
pengajaran mata pelajaran Fisika untuk Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK) se Indonesia, maka pihak Direktorat Pendidikan
Sekolah Menengah dan Kejuruan melakukan kerjasama dengan
salah satu perguruan tinggi teknik dalam hal ini Institut Teknologi
Sepuluh Nopember Surabaya (ITS). Karena ITS telah memiliki
pengalaman dalam membina mahasiswa baru yang berasal dari
kelompok sekolah menengah kejuruan untuk ikut program
pembenahan tersebut.
Pencanangan tahun 2015 oleh pemerintah agar
perbandingan jumlah siswa SMU terhadap SMK adalah 30 prosen
dibanding 70 prosen, yaitu terbalik dari kondisi sekarang, merupakan
langkah yang harus diikuti dengan berbagai pembenahan.
Pembenahan dapat dimulai dari penyediaan buku ajar yang
berbahan baku standar, lengkap dan disajikan secara lebih populer,
yaitu mudah dipahami. Permasalahan di lapangan adalah
keberagaman sistem pengelolaan sekolah menengah kejuruan di
berbagai daerah sudah lama dilepas dengan porsi kurikulum
terbesarnya pada muatan lokal, dengan spesialisasi yang terlalu
sempit, karena kebijakan bahwa SMK harus padu dan terkait
dengan kebutuhan lingkungan (industri) terdekatnya.
Dalam pelaksanaan pengajaran mata pelajaran Fisika, pada
umumnya para guru SMK, belum mempunyai pedoman yang
seragam dan tegas. Tiap SMK memiliki arahan tersendiri. Guru lebih
memilih untuk meracik sendiri materi yang akan diberikan kepada
siswanya dari berbagai buku fisika yang teersedia. Untuk SMK
berkualitas, seringkali terjebak dalam “standar kurikulum” yang
disesuikan dengan selera industri pemakai tenaga lulusannya.
Program penyediaan buku, selalu dibarengi dengan
pernyesuaian lamanya waktu yang dibutuhkan untuk pelaksanan di
lapangan, penyiapan guru pengajarnya, upaya mendapatkan umpan
balik, revisi buku dan pembakuan kurikulum. Diharapkan semua