Page 23 - E-MODUL RECODE ISU-ISU LINGKUNGAN
P. 23
Pembuangan Sampah di Kajang: Tantangan dan Solusi
Berkelanjutan
Sampah merupakan zat sisa yang tidak diinginkan dari suatu proses kegiatan. Sampah dapat menjadi
masalah jika dibiarkan begitu saja karena mengganggu estetika, kesehatan, bencana, dan mengganggu
ekosistem. Pengelolaan sampah erat kaitannya dengan sanitasi lingkungan. Sanitasi yang baik dapat
mendukung kesehatan lingkungan sehingga dapat mendukung kesehatan masyarakat yang tinggal di
lingkungan tersebut.
Sampah rumah tangga adalah sampah yang berasal dari kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga
yang tidak termasuk tinja dan sampah spesifik. Pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis,
menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah. Tempat
pemrosesan akhir yang selanjutnya disingkat TPA adalah tempat untuk memproses dan mengembalikan
sampah ke media lingkungan.
Kondisi Suku Kajang sebagai Kawasan Adat tidak memungkinkan masuknya teknologi, tentu juga
tidak mengharapkan adanya kendaraan Sarana Pembuangan Sampah Dibuang ke Hutan Dibakar pengangkut
sampah yang diambil oleh petugas sampah tiap saat. Untuk sampai ke Kawasan Adat, harus menempuh
jarak yang lumayan lama dengan berjalan kaki tanpa menggunakan alas kaki. Jadi, tiap ada tamu yang ingin
berkunjung, kendaraannya diparkir di luar kawasan (Kajang Luar) lalu berjalan di atas tanah dan susunan
bebatuan.
Di Kajang, pembuangan sampah masih sering dilakukan secara sembarangan. Banyak warga yang
membuang sampah ke sungai, lahan kosong, atau bahkan membakarnya di pekarangan rumah. Praktik-
praktik ini tidak hanya mencemari lingkungan tetapi juga menimbulkan risiko kesehatan bagi masyarakat.
Sampah yang dibuang ke sungai dapat menyebabkan banjir dan pencemaran air, sementara pembakaran
sampah menghasilkan polusi udara yang berbahaya. Selain itu, pembuangan sampah sembarangan juga
merusak estetika lingkungan dan berpotensi mengganggu aktivitas pariwisata yang mulai berkembang di
wilayah ini.
Kebiasaan Masyarakat Suku Kajang terhadap pengelolaan sampah ialah dibuang ke hutan tanpa
dilakukan pemilahan jenis sampah terlebih dahulu yang selanjutnya akan dibakar jika matahari terik.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 3 Tahun 2014 tentang Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat (STBM) menghimbau agar masyarakat mengelola sampah individu dengan baik yakni melakukan
pemilahan dan menerapkan prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycle). Akan tetapi, fakta di lapangan tidak didapati
adanya pemilahan sampah.
Sampah anorganik didominasi oleh plastik, namun jumlahnya juga tidak begitu banyak. Jenis plastik
yang ada hanya berupa bungkus kemasan makanan (camilan), kemasan shampo, sabun, dan jualan lainnya.
Hampir tidak dijumpai sampah plastik sekali pakai, karena kebiasaan Masyarakat Suku Kajang jika berbelanja
di pasar, mereka tidak pernah membawa kantong kresek. Mereka membawa wadah tersendiri dari rotan
sehingga ini bisa mengurangi produktivitas timbulan sampah plastik. Dari kebiasaan ini, tergambarkan bahwa
di dalam Kawasan Adat, produktivitas timbulan sampah terbilang rendah.
Isu-isu Lingkungan Kelas IX Semester II 14