Page 190 - MODUL BIOMEDIK III
P. 190
berusaha keras menyesuaikan diri dengan gerakan kapal yang tak
henti-hentinya.
Saat kita naik kapal yang bergoyang, sistem vestibular yang ada di
telinga dalam mulai mendeteksi perubahan arah dan posisi kepala
kita. Sistem ini bekerja bak alarm untuk memberitahu otak bahwa
tubuh kita sedang bergerak ke sana ke mari, meski kita sedang duduk
diam di tempat. Nah, kalau kita melihat ke luar jendela atau ke dalam
kabin yang statis, mata kita mungkin merasa bahwa kita ini diam. Jadi
di sinilah masalahnya mulai muncul: mata memberi informasi bahwa
kita dalam keadaan diam, tapi telinga dalam memberi informasi bahwa
kita bergerak. Otak pun jadi bingung harus percaya siapa. Hasilnya?
Ya, itulah yang kita kenal sebagai mabuk laut—pusing, mual, dan
kadang muntah.
Kenapa begitu? Karena otak kesulitan menyelaraskan sinyal dari
mata yang bilang “diam” dengan sinyal dari telinga dalam yang bilang
“bergerak.” Ini yang bikin perut kita terasa mual dan kepala jadi pening.
Otak, yang dasarnya enggak suka kebingungan, akhirnya memicu
reaksi tubuh berupa rasa pusing dan mual sebagai respons.
Cara untuk menanganinya? Coba pandangi horizon atau garis
cakrawala yang jauh. Ini bisa membantu otak kita menyinkronkan apa
yang kita lihat dengan apa yang kita rasakan. Kalau kita melihat
horizon yang bergerak, ini memberi otak “petunjuk” visual yang lebih
cocok dengan sinyal dari telinga dalam. Jadi, otak enggak bingung lagi.
Bagi orang yang sering berada di laut, lama-lama tubuh mereka
akan terbiasa. Otak dan sistem keseimbangan di telinga dalam belajar
untuk lebih “santai” menghadapi gerakan kapal, dan mabuk laut pun
179