Page 25 - [210126] Laporan Akhir Riset Active Defense (Book View)
P. 25

Ringkasan Eksekutif                               Ringkasan Eksekutif



 program dan kebijakan menuju zero prevalence ini. Kami mengusulkan penyusunan Indeks   melalui mekanisme penandaan anggaran (budget tagging). Bonusnya, sebagai inisiator bond

 Pertahanan Aktif (IPA) untuk mengukur capaian (outcome) pasca-intervensi dari program/  narkotika pertama di dunia, kepemimpinan Indonesia di kawasan bisa semakin diperkokoh.
 kebijakan, sementara Indeks P4GN yang tengah disusun untuk mengukur ketercapaian   Pada  prinsipnya,  tujuan  dari  diplomasi  anti-narkotika  BNN  adalah  pertama-tama
 luaran kinerja program dan kebijakan.   mengikat trust dan persahabatan, untuk kemudian masuk secara proaktif dengan mengajak

 Dua teori perubahan  yang  lain  adalah saling berhubungan.  Pertama,  penelitian   keterlibatan negara-negara dalam ide-ide dan program pencegahan P4GN yang di-upscale
 merekomendasikan untuk  mulai  menempatkan ‘adiksi’  sebagai  landasan  intervensi   di tingkatan kawasan. Capaian strategis dari upaya ini adalah men-secure kepemimpinan

 ke masyarakat.  Adiksi  harus dilihat sebagai biang yang membuat seluruh persoalan   Indonesia secara informal di kawasan. Dengan kepemimpinan sebagai modalitas, Indonesia
 kenarkotikaan ini  ada, khususnya  bisnis  ilegal atasnya. Pengedepanan  adiksi dalam   bisa mengondisikan mood diplomasi di kawasan secara seirama dalam berhadapan dengan

 kerangka  ketahanan  dan  pertahanan  aktif  akan  membantu  BNN  untuk  merumuskan   Tiongkok, dan kemudian negara-negara lain seperti Australia dan Selandia Baru. Untuk itu,
 intervensi  yang  tepat sasaran, karena mempertimbangkan bagaimana adiksi  bekerja   kami mengusulkan BNN untuk memiliki prioritisasi dan kustomisasi pendekatan internasional
 dan berdampak. Sejalan dengan ini, kedua, penelitian juga merekomendasi peningkatan   dalam bentuk Lingkar Konsentrik Diplomasi Anti-Narkotika. Lingkar konsentrik yang diusulkan

 upaya dan perhatian lebih pada desain dan perumusan kebijakan yang mengedepankan   adalah didasarkan pada kedekatan geografis dan juga kultural, dari konstituensi keamanan
 pembuktian  dan  yang  ditopang  oleh  temuan-temuan  saintifik  terkini,  yaitu  kebijakan   di kawasan, dan juga dari perbedaan keterpaparan dampak bisnis gelap narkotika.
 yang  evidence-based  dan  science-backed.  Peningkatan  perhatian ini bisa dilakukan   Lingkar konsentrik pertama adalah Malaysia dan Singapura yang berbatasan langsung

 dengan  mengeluarkan  aturan  dan  mengalokasikan  anggaran  khusus  dalam rangka   dengan Indonesia. Kerjasama pencegahan, intelijen, dan rehabilitasi direkomendasikan di
 mengembangkan kajian saintifik dan akademik sebagai background study untuk semua   lingkar ini, khususnya dalam membangun basis data prevalensi di kawasan untuk menjadi
 kebijakan yang diambil di setiap unit kerja di BNN.  ukuran keberhasilan bersama. Kemudian lingkar konsentrik kedua adalah Myanmar, Laos,

            dan Thailand yang merupakan negara Segitiga Emas. Kerjasama disarankan untuk fokus
 Rekomendasi Strategis  pada pembangunan alternatif dan perbaikan livelihood. Ketiga, Tiongkok. Terhadap Tiongkok,

            Indonesia mesti berhasil dalam mengonsolidasikan sikap diplomatis yang sama di kalangan

 Dengan  berlandaskan  pada  teori-teori  perubahan  di  atas,  dan  dengan  mengacu   pemimpin  Asia  Tenggara.  Capaian  lain  yang  bisa  dipancang  adalah  keberhasilan  dalam

 pada formulasi Strategi Pertahanan Aktif untuk Cegah-Edar (SPACE), berikut disampaikan   penempatan pejabat penghubung (liaison) atau bahkan diplomat-intelijen untuk tinggal dan
 rekomendasi  makro-strategis.  Pertama,  dalam  rangka  meningkatkan  di  satu  sisi  sense  of   beroperasi di Tiongkok. Akan lebih strategis lagi apabila pejabat/diplomat tersebut mewakili
 urgency, keseriusan, dan komitmen kinerja seluruh K/L/D terkait P4GN, dan di sisi lain untuk   negara-negara  ASEAN,  yang  notabene  semakin  memperkokoh  kepemimpinan  Indonesia.

 mengatasi kendala pembiayaan yang teramat besar, maka penelitian ini merekomendasikan   Lingkar terakhir adalah Australia dan Selandia Baru sebagai negara yang mana nilai ekonomis
 upaya eksternalisasi pengawasan dan pembiayaan secara internasional. Dua hal yang bisa   narkotika adalah di antara yang tertinggi. Kerjasama di sini dilakukan utamanya dalam
 dilakukan terkait ini, yaitu melakukan regionalisasi (internasionalisasi di kawasan) retorika,   rangka  pendanaan  program,  sharing  intelijen  dan  pengalaman  di  kalangan  pencegahan

 kebijakan, dan program kerja P4GN di kawasan Asia Tenggara, dan melakukan kapitalisasi   internasional, dan pada akhirnya mendukung Indonesia (dan ASEAN) dalam berhadapan
 program kerja P4GN dalam bentuk obligasi narkotika (narcotics bond). Yang pertama adalah   dengan Tiongkok (khususnya karena Australia sudah terlebih dahulu memiliki kedekatan
 dengan menghadirkan sorotan internasional untuk kinerja-kinerja P4GN di dalam negeri, dan   mendalam dengan Tiongkok dalam hal pemberantasan sindikat narkotika).

 dengan demikian berpotensi memberikan apresiasi internasional, melalui fora multilateral   Untuk mengawal rekomendasi di atas—regionalisasi/kapitalisasi dan diplomasi
 maupun kerjasama bilateral. Yang kedua adalah dengan menerbitkan Surat Berharga   anti-narkotika  di  kawasan,  dan  dalam  rangka  “mengisi”  ruang  kebijakan  yang  disediakan

 Negara, atau bond. Dengan bond, para investor di seluruh dunia bisa berkontribusi secara   keduanya, maka rekomendasi-rekomendasi strategis berikutnya adalah soal ide-ide yang
 finansial untuk menanggulangi persoalan narkotika di kawasan, dan akhirnya di Indonesia   bisa dibawa dan ditawarkan ke kawasan dan yang juga bisa dikapitalisasikan dalam bentuk
 juga. Investor juga melakukan pengawasan—dan ini salah satu esensi rekomendasi ini—  narcotics bond.





 10  Laporan Akhir Desain Strategi Pertahanan Aktif (Active Defense)   Laporan Akhir Desain Strategi Pertahanan Aktif (Active Defense)   11
                                                           Dalam Pencegahan Peredaran Gelap Narkotika
 Dalam Pencegahan Peredaran Gelap Narkotika
   20   21   22   23   24   25   26   27   28   29   30