Page 42 - Kelas X. 2c. Sistem Informasi Geografi_Dirjen GTK Kemdikbud 2019
P. 42
Program PKB melalui PKP berbasis Zonasi
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Kebutuhan dalam mengelola informasi spasial secara efisien telah lama
muncul sebelum kelahiran komputer dijital. Pada sistem informasi geografis
tradisional (peta), digunakan prosedur-prosedur manual untuk membuat
dan mengelola sistem. Proses produksi basis data secara manual dengan
membuat peta di atas scribe coats, film, kertas, dan hardcopy lainnya, dirasa
lambat, dan media penyimpanannya relatif besar dan kebanyakan kurang
stabil. Proses pemanggilan dan analisis informasi spasial kemungkinan besar
menjadi masalah utama yang selalu dijumpai pada penggunaan sistem
konvensional.
Penggunaan komputer di dalam aplikasi-aplikasi geometrik memungkinkan,
masalah-masalah di atas dapat diatasi oleh sistem informasi spasial yang
berbasis teknologi digital. Masalah-masalah pembuatan data spasial, update,
pemanggilan, dan analisa juga dapat ditangani dengan mudah oleh teknologi
yang sama.
Pada tahun 1982, Dangermond mengawali pengembangan paket perangkat
lunak (soft ware) SIG yang populer yaitu ARC/INFO. Dewasa ini, SIG
berkembang tidak hanya bertujuan untuk menyelesaikan permasalahan
geografi saja tetapi sudah merambah ke berbagai bidang seperti: (1) analisis
penyakit epidemik (demam berdarah), (2) analisis kejahatan (kerusuhan),
(3) navigasi dan vehicle routing (lintasan terpendek), (3) analisis bisnis
(sistem stock dan distribusi), (4) urban (tata kota) dan regional planning
(tata ruang wilayah), (5) peneliti: spatial data exploration, (6) utility (listrik,
PAM, telpon) inventory and management, (7) pertahanan (military
simulation), dan lain lain (Prahasta, 2005).
Dengan demikian, dalam sejarah pengembangannya, SIG didukung oleh
berbagai disiplin ilmu yang saling terkait erat (Prahasta, 2005). Gambar
berikut memberikan ilustrasi mengenai hubungan antara SIG dengan bidang-
bidang yang menjadi pendukungnya.
174