Page 56 - MODUL XI SEJARAH WAJIB FIX
P. 56
dari kedua belah pihak. Akhirnya Belanda berhasil menduduki satupersatu daerah-daerah
sekitar istana raja (Banjar Bali, Banjar Jawa, Banjar Penataran, Banjar Delodpeken, Istana
raja telah terkurung rapat). I Gusti Made Karangasem menghadapi situasi ini kemudian
mengambil siasat pura- pura menyerah dan tunduk kepada Belanda. Raja Buleleng (Bali)
beserta penulisnya. Dalam rangka perlawanan terhadap Belanda, raja-raja Bali
melancarkan hukum adat hak tawan karang. Dan dalam perang melancarkan semangat
puputan.
I Gusti Ketut Jelantik, patih kerajaan Buleleng melanjutkan perlawanan. Pusat perlawanan
ditempatkannya di wilayah Buleleng Timur, yakni di sebuah desa yang bernama desa
Jagaraga. Secara geografis desa ini berada pada tempat ketinggian, di lereng sebuah
perbukitan dengan jurang di kanan kirinya. Desa Jagaraga sangat strategis untuk
pertahanan dengan benteng berbentuk supit urang. Benteng dikelilingi parit dengan
ranjau yang dibuat dari bambu untuk menghambat gerakan musuh. Benteng Jagaraga
diserang oleh Belanda, namun gagal karena Belanda belum mengetahui medan yang
sebenarnya dan siasat pertahanan supit urang laskar Jagaraga.
I Gusti Ketut Jelantik bersama seluruh laskarnya setelah memperoleh kemenangan,
bertekad untuk mempertahankan benteng Jagaraga sampai titik darah penghabisan demi
kehormatan kerajaan Buleleng dan rakyat Bali. Pada 1849, Belanda kembali mengirim
ekspedisi militer di bawah pimpinan Mayor Jenderal Michies. Mereka menyerang Benteng
Jagaraga dan merebutnya. Belanda juga menyerang Karang Asem. Pada 1906, Belanda
menyerang Kerajaan Badung. Raja dan rakyatnya melakukan perlawanan sampai titik
darah penghabisan. Perang yang dilakukan sampai titik darah penghabisan dikenal dengan
puputan. Untuk memadamkan perlawanan rakyat Bali yang berpusat di Jagaraga, Belanda
mendatangkan pasukan secara besar-besaran, maka setelah mengatur persiapan, mereka
langsung menyerang Benteng Jagaraga. Mereka menyerang dari dua arah, yaitu arah
depan dan dari arah belakang Benteng Jagaraga. Pertempuran sengit tak dapat dielakkan
lagi, terutama pada posisi di mana I Gusti Ketut Jelantik berada. Benteng Jagaraga dihujani
tembakan meriam dengan gencar. Korban telah berjatuhan di pihak Buleleng. Kendatipun
demikian, tidak ada seorang pun laskar Jagaraga yang mundur atau melarikan diri. Mereka
semuanya gugur dan pada tanggal 19 April 1849 Benteng Jagaraga jatuh ke tangan
Belanda. Mulai saat itulah Belanda menguasai Bali Utara.
55
Modul Sejarah Indonesia
SMA Islam Al Azhar 2 Pejaren