Page 86 - MODUL XI SEJARAH WAJIB FIX
P. 86

3.  Ikut membantu Jepang dalam Perang Asia Timur Raya.


                                Untuk merealisasikan tujuan dan melaksanakan tugas itu, MIAI membuat program
                                yang  lebih  menitikberatkan  pada  program-program  yang  bersifat  sosio-religius.
                                Secara  khusus  program-program  itu  akan  diwujudkan  melalui  rencana  sebagai
                                berikut:

                                a)  pembangunan masjid Agung di Jakarta,
                                b)  mendirikan universitas, dan
                                c)  membentuk  baitulmal .


                                Dari  ketiga  program  ini  yang  mendapatkan  lampu  hijau  dari  Jepang  hanya
                                program yang ketiga.


                                Coba   perhatikan!    Mengapa    jepang    tidak    memberi    “restu”    miai
                                membangun masjid agung dan universitas? Coba cari jawabnya!
                                MIAI  terus  mengembangkan  diri  di  tengah-tengah  ketidakcocokan  dengan
                                kebijakan  dasar  Jepang.  MIAI  menjadi  tempat  pertukaran  pikiran  dan
                                pembangunan  kesadaran  umat  agar  tidak  terjebak  pada  perangkap  kebijakan
                                Jepang  yang  semata-mata  untuk  memenangkan  perang  Asia  Timur  Raya.  Pada
                                bulan Mei 1943, MIAI berhasil membentuk Majelis Pemuda yang diketuai oleh Ir.
                                Sofwan dan juga membentuk Majelis Keputrian yang dipimpin oleh Siti Nurjanah.
                                Bahkan dalam mengembangkan aktivitasnya, MIAI juga menerbitkan majalah yang
                                disebut  “Suara  MIAI”.  Keberhasilan  program  baitulmal,  semakin  memperluas
                                jangkauan  perkembangan  MIAI.  Dana  yang  terkumpul  dari  program  tersebut
                                semata-mata  untuk  mengembangkan  organisasi  dan  perjuangan  di  jalan  Allah,
                                bukan untuk membantu Jepang.


                                November  1943  MIAI  dibubarkan.  Sebagai  penggantinya,  Jepang  membentuk
                                Masyumi (Majelis Syura Muslimin Indonesia). Harapan dari pembentukan majelis
                                ini adalah agar Jepang dapat mengumpulkan dana dan dapat menggerakkan umat
                                Islam untuk menopang kegiatan perang Asia Timur Raya. Ketua Masyumi ini adalah
                                Hasyim Asy’ari dan wakil ketuanya dijabat oleh Mas Mansur dan Wahid Hasyim.
                                Orang  yang  diangkat  menjadi  penasihat  dalam  organisasi  ini  adalah  Ki  Bagus
                                Hadikusumo dan Abdul Wahab.

                                Masyumi  sebagai  induk  organisasi  Islam,  anggotanya  sebagian  besar  dari  para
                                ulama. Dengan kata lain, para ulama dilibatkan dalam kegiatan pergerakan politik.
                                Masyumi  cepat  berkembang,  di  setiap  karesidenan  ada  cabang  Masyumi.  Oleh
                                karena itu, Masyumi berhasil meningkatkan hasil bumi dan pengumpulan dana.
                                Dalam perkembangannya, tampil tokoh-tokoh muda di  dalam  Masyumi  antara
                                lain  Moh.  Natsir,  Harsono  Cokroaminoto,  dan  Prawoto  Mangunsasmito.
                                Perkembangan ini telah membawa Masyumi semakin maju dan warna politiknya
                                semakin jelas. Masyumi berkembang menjadi wadah untuk bertukar pikiran antara
                                tokoh-tokoh Islam dan sekaligus menjadi tempat penampungan keluh kesah rakyat.
                                Masyumi  menjadi  organisasi massa yang pro rakyat, sehingga menentang keras

                                                                                                                85

                                                                 Modul Sejarah Indonesia
                                                                 SMA Islam Al Azhar 2 Pejaren
   81   82   83   84   85   86   87   88   89   90   91