Page 17 - Mobile Banggakencana
P. 17
yang dapat digunakan untuk mengatur jumlah kelahiran dalam
keluarga sebagai upaya untuk perbaikan ekonomi. Di Amerika
Serikat, seorang aktivis perempuan dan keluarga berencana
yakni Margareth Sanger (1879-1966) menulis buku “Family
Limitation” (Pembatasan Keluarga). Ia menemukan berbagai
pengalaman perempuan Amerika termasuk ibunya sendiri yang
bertaruh nyawa akibat terlalu seringnya melahirkan dan adanya
kebijakan pelarangan penggunakan alat kontrasepsi secara
pribadi di Amerika Serikat.
Sanger memperjuangkan bahwa seorang perempuan
berhak hidup lebih baik, berhak memilih dan menggunakan
alat kontrasepsi. Menurutnya upaya pengendalian kelahiran
yang diantaranya dapat dilakukan dengan penggunaan alat
kontrasepsi dapat menyelamatkan para ibu di usia muda dari
ancaman kematian. Kondisi ekonomi dan layanan kesehatan
yang buruk, serta berbagai kebijakan yang menurutnya tidak
menguntungkan perempuan dan ibu hamil akan semakin
memperburuk nasib perempuan apabila pengendalian kelahiran
di setiap keluarga tidak dilakukan. Untuk mendukung dan
menyuarakan uoaya tersebut, Sanger mendirikan Liga Keluarga
Berencana Amerika Serikat, yang saat ini lebih dikenal sebagai
Planned Parenthood. Perjuangan Sanger inilah yang kemudian
diantaranya menjadi salah satu tonggak permulaan berdirinya
program pengendalian kelahiran di berbagai belahan dunia,
termasuk di Indonesia.
Latar belakang atau dasar pemikiran lahirnya program keluarga
berencana (KB) di Indonesia juga disebabkan karena adanya
permasalahan kependudukan. Aspek-aspek yang penting
dalam kependudukan meliputi: 1) besarnya jumlah penduduk, 2)
Jumlah pertumbuhan penduduk, 3) Jumlah kematian penduduk,
4) Jumlah kelahiran penduduk dan 5) Jumlah perpindahan
penduduk mempunyai sisi yang mengandung permasalahan
tersendiri bagi Indonesia.
Sejarah dan perkembangan program KB dapat diuraikan
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional | 17
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana