Page 8 - BAHAN AJAR SEPTIAN PUTRA UTAMA
P. 8
bahasa yang tidak sulit dipahami oleh pembaca yang
mengakibatkan isi karangan menjadi tidak jelas dan bisa jadi
menimbulkan salah tangkap bagi pembaca.
3. Merancang peristiwa yang akan dibahasa dalam bentuk skema alur.
Hal ini bertujuan untuk mengurutkan jalannya cerita dan
memudahkan penulis dalam membuat karangan narasi. Sehingga
karangan yang akan dibuat dapat runtut, jelas dan enak untuk
dibaca oelh para pembaca sekalian.
4. Adanya awal karangan, pengembangan dan akhir karangan.
Seperti halnya mengarang pada umumnya, karangan narasi juga
diawali dengan awalan karangan yang biasanya menceritakan
sebelum kejadian atau peristiwa yang nantinya dikembangkan
hingga terjadinya suatu peristiwa, baru kita akhiri dengan akhir
karangan yang menandakan selesainya peristiwa yang diceritakan.
Setelah selesai itu semua pembaca dapat menyimpulkan amanat
yang dapat dipetik atau diambil dari karangan narasi ini.
5. Menyusun tokoh, perwatakan, sudut pandang, latar.
Tujuannya adalah untuk memudahkan dalam mengembangkan
karangan narasi. Kita harus menyusun latar, tokoh, watak, sudut
padang yang akan kita pakai dalam membuat karangan narasi.
Contoh Karangan Narasi:
Hamid Jabbar
Sang Periang yang Arif
Sabtu, 30 Mei: Ada e-mail pendek dari Agus R. Sarjono yang mengabari
tentang meninggalnya Hamid Jabbar. Katanya, Hamid Jabbar (HJ) meninggal
selepas acara baca puisi. Saya kaget, sedih, dan langsung meminta informasi tam
bahan daribaik saya yang telah berpulang. Jawaban Agus segera sampai: Malam
itu (29 Mei) ada orasi budaya di UIN Jakarta. Orasi pertama Romo Magnis
Suseno, kedua Bang Hamid, ketiga Putu Wijaya baca cerpen, kemudian Jamal D.
Rahman baca puisi dan berorasi. Setelah itu harusnya tampil Franky Sahilatua
kepada panitia dia akan membaca puisi juga. Waktu sebetulnya mepet dan
jatahnya Franky, tapi HJ mengatakan bahwa dia akan membaca puisi, setelah itu
langsung pulang. "Saya janji, habis baca puisi saya HJ pun membaca puisi dan