Page 34 - PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK KELAS VIII
P. 34

Seorang perempuan muda dengan pakaian yang rapi sedang duduk sambil
                     minum. Sementara di depannya seorang bocah perempuan dengan pakaian yang
                     agak lusuh, mulutnya sibuk mengunyah makanan seperti orang yang sedang
                     kelaparan, begitu lahap. Aku tertarik mengamati pemandangan itu. Perempuan
                     muda itu sepertinya mengingatkanku pada seseorang. Tetapi siapa, aku sendiri
                     tidak ingat. Tak berapa lama setelah bocah perempuan kecil dan lusuh itu
                     menyelesaikan makanannya, dia berdiri dan mau beranjak pergi,  wanita muda
                     itu menahannya, ia melambaikan tangannya pada pelayan. Dengan langkah cepat,
                     pelayan itu segera mendekat. Mereka berbicara dan pelayan itu segera bergegas
                     pergi. Tak berapa lama, pelayan itu datang dengan membawa beberapa bungkus
                     makanan pesanan. Setelah menerima, perempuan muda itu menyerahkan
                     pada anak perempuan dengan baju lusuh itu. Senyuman anak itu langsung
                     mengembang. Dari matanya memancarkan kebahagiaan. Anak itu mengangguk
                     dan mengulurkan tangannya pada perempuan muda. Tanpa rasa jijik, perempuan
                     muda itu menyambutnya, digenggam kuat tangan anak itu, sambil mengusap-usap
                     rambut anak itu. Setelah menyelesaikan makananku, aku segera menuju kasir.
                     Dalam waktu yang bersamaan, perempuan muda itupun juga berangkat menuju
                     kasir.
                        “Rasa-rasanya aku kenal… tetapi siapa ya?” aku membatin dalam hati.
                        Ketika kami di depan kasir, perempuan itu tersenyum padaku dan berkata,
                     “Maaf… Apakah Anda Ryan?”
                         “Iya, betul… dan Anda siapa? Rasa-rasanya kita pernah ketemu? Tetapi di
                     mana? Aku lupa.” Jawabku. “Dea.. Ryan. Aku Dea,” katanya setengah teriak.
                         “Astaga… ternyata kamu, Dea. Hampir lima belas tahun sejak kita lulus SMP,
                     baru ketemu sekarang tanpa diduga.” kataku
                        “Bagaimana kabarmu, Ryan?”
                        “Baik… kamu sendiri?”
                        “Seperti yang kau lihat sendiri Ryan… seperti inilah aku,” jawabnya sambil
                     melepas tawa.
                        “Ok Ryan… kita bayar dulu, baru kita ngobrol. Kasihan yang antri di belakang
                     kita”  kata Dea. Tanpa dapat kucegah Dea membayar semuanya. Setelah itu kami
                     menuju ke tempat duduk yang masih kosong.
                        “Boleh aku tanya sesuatu Dea?”
                        Sambil mengernyitkan alisnya,  Dea menjawab :”Silahkan …kamu mau tanya
                     apa?”
                        “Dari tadi aku mengamatimu…siapa anak perempuan yang bersamamu tadi?
                     kurasa ada sesuatu yang tidak wajar” kataku.
                        Sambil mengembangkan senyumnya, Dea berkata: “Penilaian kebanyakan
                     orang memang sepertimu. Itu wajar. Tapi bagiku tidak, orang sering hanya menilai
                     seseorang dari penampilannya. Tentang perempuan itu, aku sebenarnya juga
                     tidak tahu siapa sebenarnya dia, yang aku tahu dia anak yang kurang beruntung.
                     Kudapati ketika dia sedang mengais-ngais sampah di depan restoran ini untuk
                     mencari sisa makanan atau apa saja yang dapat ditukarkan dengan uang. Maka



                                                             Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti  27
   29   30   31   32   33   34   35   36   37   38   39