Page 197 - BUKU NATIONAL INTEREST DAN AGENDA PEMBANGUNAN
P. 197
MENYERAP ASPIRASI MENCIPTAKAN SOLUSI
NATIONAL INTEREST DAN AGENDA PEMBANGUNAN
Dalam pertemuan World Halal Summit terungkap bahwa potensi
pasar produk halal dunia kini sudah mencapai US$ 7 triliun. Produk tersebut
mencakup produk makanan, tekstil, pariwisata, kosmetika, obat-obatan, dan
lain-lain. Angka ini jauh naik tajam dibandingkan 2017 yang baru mencapai
US$ 4 triliun. Pada 2024, nilainya diperkirakan akan mencapai US$ 11 triliun.
Namun sayangnya, produsen halal dunia masih dikuasai negara-negara
dengan penduduk Islam minoritas, yaitu Brasil, Australia, Prancis, Jerman,
dan Selandia Baru.
Untuk itu, melalui forum World Halal Summit ini, Rachmat Gobel
menyarankan agar negara-negara berpenduduk mayoritas muslim di dunia
serta lembaga-lembaga pemberi sertifikat halal di seluruh dunia harus
duduk bersama untuk membangun kesamaan prosedur, ukuran, dan metode
pengujian halal. “Harus diakui saat ini masih ada perbedaan di antara negara-
negara atau lembaga-lembaga pemberi sertifikat halal tentang hal-hal tadi,”
kata Rachmat Gobel.
Ia mengatakan, Indonesia juga harus lebih fokus untuk membidik
pertumbuhan pasar produk halal dunia ini. Sebagai negara dengan penduduk
muslim terbesar di dunia, Indonesia harus banyak belajar agar tidak hanya
menjadi pasar produk halal dunia, tapi juga menjadi pemain atau produsen
utama. Namun ironisnya, di Indonesia masih ada yang melihat kampanye
produk halal sebagai upaya pemaksaan SARA. Mereka tidak melihatnya
sebagai peluang pasar, tapi justru memotretnya dari sisi politis.
Dalam kesempatan itu, Rachmat Gobel
dan rombongan juga mengunjungi OIC Halal
Expo-8. Tidak kurang dari 34.865 pengunjung
yang hadir dan datang dari 94 negara dengan
378 peserta, termasuk sejumlah UMKM dari
Indonesia. Kunjungan ini dimaksudkan untuk
melihat langsung pengembangan industri
produk halal, khususnya Turki. Negara ini
mampu membangun industri halal, terutama
usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM)-nya
dengan kemampuan teknologi yang dimiliki
negara itu.
198 dpr .g o.id