Page 200 - Prosiding Seminar Nasional: Problematika Pertanahan dan Strategi Penyelesaiannya. Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional bekerja sama dengan Pusat Studi Hukum Agraria
P. 200

192    Prosiding Seminar: Problematika Pertanahan dan Strategi Penyelesaiannya



             Menteri Negara Agraria Dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 11 Tahun
             2017  tentang  Perubahan  Atas  Peraturan  Menteri  Negara  Agraria  Dan  Tata  Ruang/Kepala
             Badan Pertanahan Nasional Nomor 33 Tahun 2016 tentang Surveyor Kadaster Berlisensi, pro-
             ses pegukuran dan pemetaan bidang tanah atau pengumpulan data fisik dapat dilakukan oleh

             Surveyor Kadaster Berlisensi. Hanya saja penerapan Peraturan ini belum optimal.

             3.  Ketidak siapan Infrastruktur Keagrariaan

                  Infrastruktur Keagrariaan pada masing masing kantor pertanahan yang dimaksud disini
             meliputi:
                a) Keberadaan peta  pendaftaran, peta dasar pendaftaran/peta kerja atau base map lokasi
                   rencana PTSL.

                   Semua kantor pertanahan memiliki peta dasar pendaftaran yang berupa peta foto yang
                   diperoleh dari citra satelit pembagaian dari Kementerian ATR/BPN. Hanya saja kondisi
                   citra tersebut memiliki resolusi spasial yang rendah, sehingga mengalami kesulitan saat
                   mengidentifikasi posisi bidang tanah diatas citra.Ketelitian geometri citra juga tidak

                   terlalu  baik,  karena  setiap  kegiatan  pengukuran  bidang  tanah  saat  melakukan
                   pemetaan  selalu  petugas  pemetaan  melakukan  translasi  dan  rotasi  posisi  bidnag
                   tanah.Tidak  semua  wilayah  dalam  satu  wilayah  administrasi  kabupaten  terekam

                   dengan  baik,  ada  beberapa  wilayah  yang  tertutup  awan  seperti  yang  terjadi  di
                   Kabupaten Karo, Kabupaten Dairi, Kabupaten Pakpak Bharat, Kabupaten Pematang
                   Siantar  dan  Kabupaten  Simalungun.Bahkan  di  Kantor  Pertanahan  Kabupaten  Dairi,
                   peta dasar pendaftaran belum lengkap.

                b) Jumlah, kualitas dan jenis alat ukur.
                   Hampir seluruh kantor pertanahan yang dijadikan sampel penelitian memiliki jumlah,
                   kualitas dan jenis alat ukur yang kurang untuk mendukung kegiatan PTSL ini. Contoh
                   di Kantor Pertanahan kabupaten Karo memiliki alat ukur 3 Total Station, rover GNSS

                   tipe Navigasi dan meet band untuk target 5000 bidang tentu sangat kurang. Bahkan
                   Kantor Pertanahan Kabupaten Pakpak Bharat dengan target 1000 bidang tanah hanya
                   memiliki 1 (satu) Total Station dengan petugas ukur baru melaksanakan tugas belajar

                   di STPN. Hampir setiap kantor pertanahan yang menjadi sampel penelitian memiliki
                   alat ukur yang minim, bahkan teknologi CORS belum optimal digunakan. Dari sampel
                   Kantor  Pertanahan,  hanya  Kantor  Pertanahan  Kabupaten  Tebing  Tinggi  teknologi
                   CORS dimanfaatkan secara optimal.

                c) Penggunaan Drone untuk mendukung PTSL.
                   Kementerian ATR/BPN Kantor Wilayah Provinsi Sumatera Utara telah memperoleh
                   drone untuk kepentingan pengukuran dan pemetaan PTSL, maka untuk mendukung

                   pelaksanaan PTSL sudah dapat digunakan. Pemanfaatan drone tidak hanya mengha-
                   silkan  peta  foto  yang  dapat  digunakan  untuk  menjadi  basemap  atau  peta  kerja
   195   196   197   198   199   200   201   202   203   204   205