Page 19 - Himpunan Policy Brief: Permasalahan dan Kebijakan Agraria Pertanahan dan Tata ruang di Indonesia
P. 19

10    Himpunan Policy Brief


                Sudah sepatutnya rasa keadilan perlu diwujudkan di tengah-tengah masyarakat Pulau Batam
                dengan meninjau  kembali Keppres 41/73 beserta turunannya yang telah mengabaikan hak
                keperdataan warga tempatan untuk memperoleh sertipikat hak milik atas tanah yang telah
                dikuasainya secara turun-temurun, dan tanahnya tidak dapat diagunkan untuk memperoleh
                permodalan usaha. Dalam pelayanan umum yang diselenggarakan dan menjadi kewajiban
                Pemerintah pun warga tempatan merasa didiskriminasi akibat status lahan yang tidak jelas.
             2.  UUPA perlu diimplementasi di Pulau Batam sebagai aturan hukum pertanahan yang bersifat

                prismatik,  yaitu  tidak  sekedar  menekankan  pada  mekanisme  pasar  dalam  distribusi
                penguasaan  tanah,  tetapi  juga  memperhatikan  pemenuhan  kelompok  masyarakat  yang
                lemah secara sosial, ekonomi, dan politik.
             3.  Perlu sinergitas yang kuat dua ’Penguasa Batam’, yaitu BP Batam dan Pemko Batam dalam

                permasalahan  tanah  dan  ruang  Kampung  Tua.  Dalam  verifikasi  dan  pengukuran  area
                Kampung Tua perlu dilibatkan Kantah Kota Batam sehingga dapat diperoleh produk yang
                standar kadastral dan legalitasnya terjamin.
             4.  Jika  semula  penetapan  Batam  sebagai  kawasan  Perdagangan  Bebas  dan  Pelabuhan  Bebas
                yang diharapkan akan mendapat ’limpahan keuntungan’ dari kemajuan ekonomi Singapura,
                maka  keuntungan  yang  telah  dicapai  oleh  Batam  kini  juga  perlu  diarahkan  untuk

                membangun  Perkampungan  Tua.  Di  lahan  yang  dekat  dengan  Perkampungan  Tua
                hendaknya  ada  yang  dialokasikan  untuk  menyangga  kehidupan  ekonomi  masyarakat
                Kampung Tua. Lahan untuk usaha kemitraan antara investor dan masyarakat lokal dengan
                tujuan kebersamaan dan mengurangi tingkat kesenjangan sosial ekonomi perlu diwujudkan
                agar kecemburuan sosial tidak semakin berkembang dan meruncing.



             Referensi
             Erwiningsih, Winahyu. 2009. Hak Menguasai negara atas tanah, Total Media, Yogyakarta.
             Harsono,  B  1991,  Hukum  agraria  Indonesia  (Sejarah  Pembentukan  UUPA:  Isi  dan
                   Pelaksanaannya), Edisi revisi Cetakan VIII, Djambatan, Jakarta.

             Hutagalung, AS & Sitorus, O 2011. Seputar Hak Pengelolaan, STPN Press, Yogyakarta.
             Larsson,  G  1991.  Land  registration  and  cadastral  systems:  Tools  for  land  information  and
                   management, Reprinted 1996, Longman Group, UK.
             Marzuki, PM 2005, Penelitian hukum, Prenada Media, Jakarta.
             Quane, H 2008, ‘Hak-hak masyarakat adat dan proses pembangunan” dalam Reforma agraria:

                   Dinamika aktor dan kawasan, Cetakan pertama, STPN, Yogyakarta.
             Sarjita 2005, Masalah pelaksanaan urusan pertanahan dalam era otonomi daerah (Keppres No.
                   34 Tahun 2003), Tugu Jogja Pustaka, Yogyakarta.
             Sembiring, J 2012, Tanah Negara, Terbitan I, STPN Press, Yogyakarta.
             Sudjito,  Sardjita;  Arianto,  T,  Zarqoni,  MM  2012.  Restorasi  kebijakan  pengadaan,  perolehan,
                   pelepasan  dan  pendayagunaan  tanah,  serta  Kepastian  Hukum  di  Bidang  Investasi,  Tugu

                   Jogja Pustaka, Yogyakarta.
   14   15   16   17   18   19   20   21   22   23   24