Page 121 - Berangkat Dari Agraria
P. 121

98   Berangkat dari Agraria:
                  Dinamika Gerakan, Pengetahuan dan Kebijakan Agraria Nasional
             agraria di Tanah Pasundan. Yang menjadi inti adalah menata ulang
             kawasan hutan  dan  perkebunan besar  untuk mengakomodasi
             perkembangan penduduk,  tantangan pembangunan, pemerataan
             ekonomi, dan keberlanjutan layanan alam.

                 Pelaksanaan reforma agraria di Jabar dilakukan oleh Gugus Tugas
             Reforma Agraria Provinsi (Perpres 86/2018) dipimpin Gubernur dan
             Kepala Kanwil BPN Jabar. Menurut data Kanwil BPN Jabar, kegiatan
             redistribusi tanah di Jabar terus meningkat dari tahun ke tahun.

                 Redistribusi  tanah  tahun 2015  sejumlah 10.000  bidang, 2016
             menjadi 18.362 bidang, 2017 turun jadi 3.725 bidang (897 ha), 2018
             sejumlah 23.650  bidang  (5.582  ha),  2019  sebanyak 26.043 bidang
             (7.183 ha). Pada 2020, karena  realokasi  anggaran  akibat  pandemi
             Covid-19 hanya 10.000 bidang (2.587 ha), lalu 2021 menjadi 25.057
             bidang (5.114 ha), 2022 sejumlah 8.289 bidang.

                 Sedangkan data lokasi prioritas reforma agraria di Jabar tahun
             2019-2022 ada di Kabupaten Ciamis, Cianjur, Garut, Pangandaran,
             Sukabumi, dan Tasikmalaya, Bandung, Bogor, Cirebon, Indramayu,
             Karawang,  Subang,  dan Sumedang.  Sumber  tanah  obyek  reforma
             agraria berasal dari bekas HGU yang habis dan tidak diperpanjang,
             tanah bekas kawasan hutan produksi, dan tanah timbul. Sebanyak
             1.272 HGU, dengan status 353 HGU habis masa berlakunya (2018).

                 Guna    memajukan    pertanian,  perternakan,  perikanan,
             perkebunan,  kehutanan dan  UMKM  di  Jabar dipentingkan
             percepatan  dan perluasan redistribusi  tanah  sebagai  bagian  inti
             reforma agraria. Penataan penguasaan tanah bekas perkebunan yang
             didasari HGU yang sudah habis dan penyelesaian penguasaan tanah
             di dalam kawasan hutan harus menjadi agenda bersama.

                 Penataan produksi untuk  meningkatkan produktivitas
             pertanian  rakyat  perlu  ditingkatkan.  Pemberdayaan  masyarakat
             dalam  pengolahan  hasil  produksi,  jalur  distribusi/pemasaran,
             jaminan keseimbangan, dan perlindungan keadilan pasar dilakukan
             terpadu. Menata agraria mesti selaras dengan penyiapan manusia
             guna mewujudkan keadilan dan kemakmuran bersama.*
   116   117   118   119   120   121   122   123   124   125   126