Page 44 - Regulasi Pertanahan dan Semangat Keadilan Agraria
P. 44

Regulasi Pertanahan dan Semangat Keadilan Agraria  31


              pertambangan berada  di  dalam  wilayah MHA, maka MHA
              harus diberi hak untuk memperoleh manfaat dan pembagian
              keuntungan dari alokasi dan pemanfaatan SDA tersebut.

              Kepastian hukum wilayah MHA

                  Wilayah adat  merupakan  salah  satu  unsur dalam
              proses  penetapan MHA  di  samping  sejarah MHA, hukum
              adat,  harta  kekayaan dan/atau  benda-benda adat, dan
              kelembagaan/sistem  pemerintahan adat.  Khususnya  terkait
              dengan wilayah  MHA,  seyogianya dalam  RUU  dimuat
              ketentuan bahwa Keputusan Bupati/Walikota atau Keputusan
              Gubernur atau Keputusan Presiden tentang penetapan MHA
              dilampiri dengan  peta wilayah MHA yang merupakan hasil

              kegiatan  pendaftaran  tanah dengan obyek  hak  ulayat  MHA
              sesuai  ketentuan peraturan perundang-undangan  terkait
              pendaftaran tanah.
                  Oleh karena hingga  saat ini  telah  terdapat berbagai

              Peraturan Daerah (Perda) terkait hak ulayat MHA, seyogianya
              Perda tersebut juga dilampiri dengan peta wilayah MHA yang
              bersangkutan.
                  Arti  pentingnya  peta wilayah adat antara  lain  untuk
              menghindari  konflik  terkait  batas  wilayah.  Sebagai  contoh:
              sengketa wilayah adat antara warga desa Muara Tae vs warga
              desa Muara Ponaq (Kabupaten Kutai Barat) terkait pembelian

              tanah warga untuk usaha perkebunan oleh PT Munte Wani
              Jaya Perkasa (Kompas, 25 Juni 2011).
                  Pemetaan wilayah adat akan sangat membantu pekerjaan
              besar pemerintah untuk menuntaskan pendaftaran tanah di
   39   40   41   42   43   44   45   46   47   48   49