Page 94 - Regulasi Pertanahan dan Semangat Keadilan Agraria
P. 94

Regulasi Pertanahan dan Semangat Keadilan Agraria  81


              tanah-tanah HM, HGU, HGB, dan HP, yang diawali tiga tahun
              sejak terbitnya sertipikat hak atas tanah yang bersangkutan,
              atau sejak berakhirnya izin / keputusan tentang penguasaan
              tanah tersebut.
                  Hasil kerja Panitia C menjadi dasar bagi Kakanwil BPN
              Provinsi untuk  memberikan peringatan  kepada pemegang
              hak untuk melakukan tindakan kongkret terhadap hak atas

              tanahnya.  Peringatan  diberikan  tiga kali  berturut-turut,
              masing-masing dalam  tenggang  waktu  satu  bulan.  Bila
              peringatan itu  tidak membuahkan hasil,  akibatnya  tanah
              ditetapkan sebagai tanah terlantar. Berbeda dengan peraturan-
              peraturan  sebelumnya, kepada bekas  pemegang  hak  tidak
              diberikan ganti kerugian. Tanah negara bekas tanah terlantar
              itu  didayagunakan  untuk kepentingan  masyarakat melalui

              program reforma agraria dan program strategis negara serta
              untuk cadangan negara lainnya.

              Perlu Penegasan

                  PP  dan Peraturan Kepala BPN No. 4  Tahun 2010
              (”Perkaban”) menyisakan beberapa permasalahan.
                  Pertama, walaupun HPL disebut sebagai obyek penertiban
              tanah terlantar, tetapi tidak dijabarkan lebih lanjut. Mengapa?
              Karena pencantuman HPL itu menimbulkan kontradiksi : (1)
              HPL itu bukan hak atas  tanah,  tidak ada jangka waktunya,

              tidak dapat hapus / dihapuskan, tetapi berakhir jika dilepaskan
              / diserahkan kembali  kepada Negara oleh  pemegang HPL ;
              (2) Jika HPL berstatus sebagai Barang Milik Negara / Daerah,
              justru dikecualikan sebagai obyek tanah terlantar.
   89   90   91   92   93   94   95   96   97   98   99