Page 64 - REFORMA AGRARIA INKLUSIF
P. 64

pembaruan, baik di tingkat rumah tangga maupun sistem.
                    Kerja  reproduktif  termasuk  hamil,  menyusui, melahirkan,
                    memelihara/merawat  dan mendidik/menambah kapasitas
                    antargenerasi dalam menciptakan fungsi dan kerja (Edholm
                    et al. 1977); dalam pertanian fungsi dan kerja reproduksi ini
                    tampak pada peran perempuan dalam aktivitas perbenihan,
                    persemaian,  perawatan  tumbuh, panen,  dan pascapanen,
                    sedangkan laki-laki terbatas pada pengambilan keputusan,
                    pengolahan tanah, transportasi, dan mekanisasi.
                    Di era sekarang, gender dan jenis kelamin dibedakan sebagai
                    identitas  yang  tak  selalu melekat,  karena  ada  cis gender
                    yang  merujuk  pada  orang yang  identitas  gender  dan  jenis
                    kelaminnya sama (cis laki-laki, cis perempuan) dan ada yang
                    identitas gendernya  tidak  sama dengan  jenis  kelaminnya
                    (gender fluid, transgender, interseks/berkelamin ganda) yang
                    mana lapisan diferensiasi berkelindan dengan diskriminasi
                    (Mukherjee 2022). Problematika  agraria kelompok  di luar
                    cis gender lebih rumit dan sensitif untuk diperbincangkan
                    karena paradigma oposisi biner yang memperoleh legitimasi
                    politik, sosial dan budaya (termasuk agama) masih dominan
                    dalam  lingkungan  cis gender,  seiring  dengan  itu  hak-hak
                    agraria  dari  gender non biner masih jauh  dari  pelayanan
                    (Malay 2023),  tidak jarang identitas gender non biner dan
                    disabilitas melekat dalam satu tubuh (Haryanto 2023).
                    Selanjutnya, Mukherjee (2022) menyatakan bahwa pemisahan
                    antara feminin dan maskulin; alam dan masyarakat; alam-
                    budaya berakar dari norma hetero (heteronormativity) yang
                    dampaknya membatasi pengalaman nalar untuk mengenali
                    keragaman, padahal ekonomi politik agraria mengikat dunia
                    kehidupan (life-worlds) yang dialami manusia maupun non
                    manusia—di  ranah implementasi kapitalisme merambah
                    semua    segmen/lapisan   tanpa   membedakan-bedakan
                    identitas pihak terdampak feminin atau maskulin; manusia
                    atau non manusia; biotik atau abiotik, suatu kajian baru akan
                    terbuka ketika analisis dalam studi agraria berupaya untuk



                                                                 BAB II   49
                      Reforma Agraria Inklusif: Upaya Mempertemukan Reforma Agraria dan GEDSI
   59   60   61   62   63   64   65   66   67   68   69