Page 182 - Pemikiran Agraria Bulaksumur, Telaah Awal Atas Pemikiran Sartono Kartodirdjo, Masri Singarimbun dan Mubyarto
P. 182
Pemikiran Masri Singarimbun
layanan alam atau kerusakan alam? Kalangan Neo-Malthusian
bersikukuh mengajukan jawaban positif, yaitu populasi berkon-
tribusi kepada degradasi alam. Salah satu eksponen kelompok
ini, Paul Harisson (1994), mengungkapkan jika pertumbuhan
populasi tidak memperburuk masalah lingkungan, seperti klaim
banyak kaum feminis, sosialis, dan ekonomis, kemudian kita tidak
perlu khawatir terhadap jumlah itu. Jika itu terjadi, maka problem
pada dekade tarakhir mungkin hanya sebuah pendahuluan bagi
masalah yang datang kemudian. Di level lokal, hubungan antara
kepadatan pertumbuhan populasi dan degradasi tanah menjadi lebih
jelas dalam beberapa kasus. Salah satu contoh adalah di Madagaskar.
Di Madagaskar, hutan mengalami reduksi di sepanjang lereng tebing
sebelah timur. Hutan asli meliputi 27.6 juta ha, pada tahun 1950 hanya
tinggal 18.8 juta ha. Sekarang jumlahnya tinggal setengahnya yaitu
9.4 juta ha—artinya habitat unik kehidupan liar pulau itu hanya
tinggal setengahnya dalam waktu empat puluh tahun. Setiap tahun
3 % hutan itu tergunduli. Hampir semuanya disebabkan
pertambahan populasi yang mencapai 3.2 % setiap tahun. Kasus
serupa juga terjadi di sebuah desa, Ambodiaviav, dekat Ranomafana,
menunjukkan bekerjanya proses degradasi itu. Lima puluh tahun
yang lalu, semua daerah itu dipenuhi hutan. Delapan keluarga,
semuanya berjumlah 32 orang, datang ke desa itu, setelah koloni
Perancis membakar desa mereka. Awalnya mereka bertani di lembah
paling bawah, dimana mereka mudah mendapat irigasi sungai kecil
yang mengalir dari atas bukitnya. Setiap keluarga mengerjakan tanah
seluas yang mereka mampu. Selama waktu 43 tahun kemudian,
populasi desa itu membengkak 10 kali, mencapai 320, dan jumlah
keluarga bertambah hingga mencapai 36 orang. Pertambahan alami
itu ditambahi dengan datangnya imigran baru dari daerah dataran
tinggi yang sudah penuh sesak, dimana semua tanah yang bisa
163