Page 223 - Pemikiran Agraria Bulaksumur, Telaah Awal Atas Pemikiran Sartono Kartodirdjo, Masri Singarimbun dan Mubyarto
P. 223
Pemikiran Agraria Bulaksumur
9
beras” di pasaran yang “dapat dibeli” oleh rakyat banyak. Artinya,
berapapun tingkat harga beras, jika rakyat banyak memiliki daya
beli (purchasing power) hal itu tentunya tidak akan menjadi per-
soalan, sesuatu yang membuat isu beras murah dengan sendirinya
menjadi tidak relevan. Pengkaitan dengan soal daya beli inilah
yang absen dalam analisis perberasan sejauh itu dan hingga saat
ini. Dan dalam kaitannya dengan daya beli rakyat tani, daya beli
mereka sangat terkait dengan tingkat harga dari output yang
mereka hasilkan, yaitu beras.
Tabel 1. Perkembangan Jumlah Produksi dan Tingkat Harga
Beras di Indonesia *
Tahun Harga Rata-rata(Rp) Jumlah Produksi
Tahun
Harga Rata-rata
Jumlah Produksi(Juta Ton)Ton)
(Rp)
(Juta
1955 3,41 -
1956 3,61 -
1957 3,69 -
1958 7,91 -
1959 7,63 -
1960 8,36 10,17
1961 13,04 9,58
1962 45,51 10,28
1963 82,08 9,16
1964 183,015 9,61
1965 672,74 10,24
1966 5,86 10,75
1967 15,46 10,40
1968 46,12 11,67
1969 43,38 12,25
Sumber: Data harga rata-rata dari Bulog (1971); Data Jumlah Produksi
dari Mears dan Moeljono (1990).
9 Mubyarto, Masalah Beras di Indonesia (Yogyakarta: Lembaga Penelitian
Ekonomi Fakultas Ekonomi UGM, 1975), hal. 83.
204