Page 261 - Pemikiran Agraria Bulaksumur, Telaah Awal Atas Pemikiran Sartono Kartodirdjo, Masri Singarimbun dan Mubyarto
P. 261
Pemikiran Agraria Bulaksumur
secara konsekuen bersikap tidak fanatik pada disiplin yang
73
dikuasainya. Jadi, jika pada metode interdisipliner beberapa
sarjana dari bidang yang berbeda bekerja sama untuk menye-
lesaikan sebuah persoalan atau topik kajian, maka pada metode
transdisipliner berbagai perspektif yang berbeda dari bidang-
bidang keilmuan yang berbeda itu dikuasai oleh satu orang.
Seorang ekonom, misalnya, yang hendak meneliti soal kemiskinan
di pedesaan, maka untuk mendapatkan kesimpulan yang mema-
dai bagi penelitiannya tersebut hendaknya ia memiliki wawasan
sosiologi dan antropologi yang cukup, jadi tak hanya cukup
mengandalkan perangkat ilmu ekonomi yang dikuasainya saja.
Pelibatan wawasan keilmuan dari disiplin yang berbeda oleh satu
orang itulah yang disebut sebagai metode transdisipliner. Tidak
terlalu sulit untuk menyimpulkan bahwa apa yang dielaborasi
oleh Mubyarto merupakan sebuah gagasan penting dan otentik.
Ketika ilmu sosial di Indonesia masih terpenjara pada monodi-
siplineritas, dan penelitian interdisipliner masih merupakan sebu-
ah barang baru, Mubyarto telah mampu mengidentifikasi perso-
alan-persoalan metodologis yang diidap oleh pendekatan interdi-
sipliner dan kemudian mencoba menawarkan jalan keluarnya.
Memang, elaborasi atas metode transdisipliner dilakukan
oleh Mubyarto sebagai kritik atas kelemahan pendekatan inter-
disipliner, terutama belajar dari pengalaman penelitian-penelitian
interdisipliner yang dilakukan oleh (waktu itu masih bernama)
Lembaga Studi Pedesaan dan Kawasan (LSPK, kini PSPK). Sejak
berdiri pada 1973, hingga 1983 LSPK telah melakukan lima pene-
litian interdisipliner mengenai Pembangunan Pedesaan Terpadu
(Integrated Rural Development), yaitu di Kabupaten Temanggung
73 Mubyarto, Ilmu Ekonomi, Ilmu Sosial…, op.cit., hal. ix.
242