Page 12 - Seluk Beluk Masalah Agraria : Reforma Agraria dan Penelitian Agraria
P. 12

Seluk Beluk Masalah Agraria

               mengenai masalah ini. Di universitas, terdapat kelompok-
               kelompok kecil membicarakan masalah ini dengan “suara
               nyaring”. Beberapa LSM yang peduli soal sengketa agraria ber-
               gabung dengan Konsorsium Pembaruan Agraria, sedangkan
               ada yang bergabung dengan kelompok kerja PSDA (Penge-
               lolaan  Sumber Daya Alam). Dua grup ini bergabung untuk
               me-lobby ke MPR agar ada hanya satu TAP mengenai sumber
               daya alam.
                   Tujuan dari Semiloka itu memang untuk menyusun
               strategi kampanye TAP MPR.  Menurut Pak Wiradi kita hanya
               perlu satu TAP.  Krisis mengenai pemakaian sumber daya alam
               tidak bisa diatasi dengan cara berfikir yang sektoral, maksud-
               nya masalah tanah, hutan, air, pertambangan dan sumber daya
               alam lain itu tidak bisa dipisahkan. Menurut beliau, krisis yang
               melanda eksploitasi sumber daya alam  membutuhkan “cara
               berfikir baru untuk dapat menganalisa masalahnya dengan

               tepat.” Pada waktu itu Pak Wiradi mengibaratkan cara berfikir
               yang baru tentang masalah SDA seperti cerita mengenai seekor
               ular raksasa di Afrika yang mengejar ekornya sampai mati
               lemas, berputar putar sampai tidak berdaya. Beliau mengiba-
               ratkan gerakan untuk menghasilkan TAP MPR mirip dengan
               cerita ular tadi. Menurutnya, ular tersebut membutuhkan
               kepala baru supaya berhenti mengejar ekornya. *
                   Pada waktu saya membaca naskah buku Masalah Agraria
               kumpulan tulisan beliau ini, saya mengingat kembali masalah-
               masalah agraria yang belum terpecahkan. Masalah agraria



               *  Akhirnya Pak Wiradi menolak isi TAP No. IX Tahun 2001. Untuk
                alasannya, lihat Wiradi 2009:153-154.

                                                                    xi
   7   8   9   10   11   12   13   14   15   16   17