Page 101 - (New Flip) Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
P. 101
Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
organisai dan barisan perjuangan tersebut. Beberapa organiasi pemuda
dan barisan yang terkenal saat itu adalah ―Kebaktian Rakyat‖, ―Barisan
Keamanan Rakyat‖. Selanjutnya ada ―Barisan Napindo‖ (―Nasional
Pelopor Indonesia‖), ―Syarikat Nelayan Merdeka‖ dan ―Barian Harimau
Liar‖ (berafiliasi kepada PNI), ―Hisbullah‖ (beraliasi kepada Masyumi),
―Barisan Merah‖ (berafliasi kepada PKI), ―Bintang Merah‖ (berafliasi
kepada PSI), ―Barisan Parkindo‖ (beafiliasi kepada Parkindo), ―Lasykar
Buruh‖ (berafiliasi kepada Partai Buruh), ―Kesatria Pesindo‖ (berafiliasi
44
kepada Pesindo), dan lain-lain.
Seperti yang disebut di atas, anggota organisai pemuda dan
lasykar ini berasal dari semua kalangan, mulai dari pemuda pelajar
terdidik hingga tukang copet, seperti yang terlihat dalam film
Nagabonar gubahan Asrul Sani.
45
Pada awalnya, aksi berbagai organisasi pemuda dan lasykar ini
betul-betul ditujukan kepada upaya penegakan proklamasi dan
perlawanan terhadap kedatangan Belanda kembali. Namun, dalam
perkembangan berikutnya, tindakan-tindakan liar serta penyerobotan-
penyerobotan lahan milik asing mulai terjadi. Banyaknya organisasi
pemuda dan barisan rakyat serta terkonsentrasinya posisi mereka di
kawasan sekitar Medan dirasa tidak menumbuhkan hasil perjuangan
yang sebaik-baikinya. Bahkan, kondisi tersebut cenderung menimbulkan
persaingan di antara organisasi pemuda dan lasykar, juga antar-sesama
partai politik.
Tindakan-tindakan liar dan penyerobotan-penyerobotan bisa
terjadi karena kurangnya biaya operasional dan pasokan makanan. Pada
awalnya biaya dan kebutuhan makan para pemuda dan lasykar
ditanggung oleh rakyat. Namun, karena jumlahnya sangat banyak dan
kondisi ekonomi rakyat yang juga masih sulit, maka warga masyarakat
akhirnya tidak lagi mampu memenuhi kebutuhan mereka. Kekurangan
biaya dan kelangkaan makanan itulah yang akhirnya membuat pemuda
pejuang dan anggota lasykar mulai memenuhi kebutuhan mereka
secara sendiri-sendiri (tidak lagi tergantung pada rakyat). Upaya kreatif
dan inovatif tersebut diawali dengan membentuk ERRI (Ekonomi Rakyat
Republik Indonesia) dan kemudian ENRI (Ekonomi Nasional Republik
Indonesia). Kedua lembaga ini mengontrol dan mengambil ―cukai‖
semua barang yang masuk ke kota Medan. Dengan upaya itu mereka
mendapat dana segar, sehingga bisa digunakan untuk membiayai
89