Page 147 - Buku Ajar Praktikum Biokimia 2 Edisi 2

Penerapan hand sanitizer berbahan dasar gel atau yang biasa dikenal dengan hand
sanitizer telah menjadi tren gaya hidup di kalangan kelas menengah dan atas. Sanitizer
ini tersedia dalam berbagai formulasi di pasaran. Pengaplikasiannya cukup mudah:
gunakan beberapa tetes pada telapak tangan, lalu oleskan secara merata ke seluruh
tangan. Namun, banyak dari produk ini mengandung alkohol dan bahan kimia sintetis
tingkat tinggi, yang harganya mahal dan dapat menyebabkan masalah kulit seperti
kekeringan karena berkurangnya tingkat kelembapan. Biasanya, pembersih tangan
mengandung alkohol berkisar antara 60-95%, yang dikenal karena sifat bakterisidalnya
yang kuat terhadap bakteri positif dan negatif, efektif menghilangkan kuman dalam
waktu 30 detik menurut Food and Drug Administration (FDA) (Asngad, ddk., 2018).
Oleh karena itu, terdapat penelitian yang sedang berlangsung untuk mengembangkan
produk pembersih tangan yang memanfaatkan keanekaragaman hayati alami sebagai
antiseptik (Adu dkk., 2020). Contohnya adalah daun sambiloto (Andrographis
panikulata) dan daun sirih (Piper betle L) yang kaya akan flavonoid, saponin, dan tanin
yang dikenal memiliki sifat antibakteri dan antimikroba (Fatimah & Ardiani, 2018).
Beberapa tanaman, termasuk daun sambiloto dan daun sirih, mengandung
beragam senyawa aktif yang berpotensi memiliki sifat antibakteri. Senyawa-senyawa
ini termasuk andrografolida, alkaloid, flavonoid, tanin, dan turunan fenol, yang
memberikan ciri khas bau tajam pada daun ini. Alkaloid diyakini menghambat
pembentukan lapisan sel secara lengkap, yang menyebabkan kematian sel bakteri.
Senyawa Flavonoid ini dapat berinteraksi dengan protein ekstraseluler, menjaga
integritas suatu membran sel bakteri. Tanin memiliki aktivitas antibakteri dengan cara
merusak sel bakteri dan membentuk ikatan kompleks dengan enzim atau substrat
mikroba, sehingga meningkatkan toksisitasnya.
142