Page 12 - Pendidikan-Agama-Kristen--Kelas-8
P. 12
dengan-Nya secara teratur. Hubungan dengan Tuhan dibangun berdasarkan
pengenalan, kedekatan serta pengetahuan akan Tuhan yang melibatkan seluruh
diri, baik hati nurani maupun akal budi.
Dalam Kitab Perjanjian Baru ada dua peristiwa yang dapat diangkat sebagai
contoh dalam kaitannya dengan aspek percaya. Pertama, perempuan Kanaan
(Matius 15:21-28). Anak perempuan Kanaan ini kerasukan setan dan amat
menderita. Ketika ia mendengar Yesus sedang berada di daerah dekatnya,
perempuan ini segera pergi ke sana dan meminta Yesus menyembuhkan penyakit
anak perempuannya itu. Yang menarik adalah Yesus ternyata tidak mempedulikan
permintaan tolong perempuan Kanaan itu. Perempuan itu terus berusaha
mendekati Yesus sambil memohon. Perkataan Yesus kemudian sebenarnya bisa
sangat menyakitkan hatinya, tetapi perempuan Kanaan itu tidak peduli; ia tetap
meminta tolong Yesus untuk menyembuhkan anaknya. Oleh karena melihat
keteguhan hati perempuan Kanaan itu, Yesus pun mengabulkan permintaannya
dengan menyembuhkan penyakit anaknya itu.
Kedua, Yesus menyembuhkan perwira di Kapernaum (Lukas 7:1-10). Hamba
perwira Romawi ini mengalami sakit keras. Ia sangat mengasihi hambanya itu.
Ketika ia mendengar Yesus memasuki kota Kapernaum, ia mengutus beberapa
orang suruhannya untuk meminta Yesus menyembuhkan penyakit hambanya
itu. Yesus pun mengabulkan permintaan perwira Romawi itu. Pada waktu ia
mengetahui bahwa Yesus bersedia menyembuhkan hambanya, justru perwira
Romawi merasa dirinya tidak pantas menerima kehadiran Yesus di rumahnya. Ia
hanya meminta Yesus untuk menyembuhkan hambanya itu dari jauh, karena ia
percaya, tanpa perlu datang ke rumahnya pun, Yesus sanggup menyembuhkan
hambanya itu. Demikianlah Yesus memuji “iman” perwira Romawi itu dan
menyembuhkan hambanya yang sakit itu.
Kesimpulan dari dua buah cerita dalam Perjanjian Baru tersebut, adalah,
apabila kita percaya dan berpegang teguh kepada Yesus (melalui f rman-Nya)
dengan segenap jiwa, hati, dan akal budi, maka apa yang dikehendaki-Nya atas
diri kita pasti terjadi. Inilah pengharapan kita dalam iman kepada-Nya. Sifat iman
itu aktif artinya, kamu harus benar-benar yakin akan kebenaran f rman Tuhan dan
sungguh-sungguh melaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kata
lain, jika kita mengaku beriman kepada Yesus, tetapi hanya di dalam ucapan saja,
tanpa perilaku yang menunjukkan iman itu, maka sebenarnya iman kita itu sudah
mati.
4 Kelas VIII SMP