Page 95 - Bahan Ajar IPS Jadi NEW
P. 95
Muda dinobatkan sebagai Sultan Aceh. Dirinya menggantikan pendahulunya Sultan Ali
Riayat Syah yang berkuasa dari tahun 1604-1607.
B. Di bawah kekuasaannya, Kerajaan Sriwijaya berhasil mencapai puncak kejayaannya.
Kejayaan Sriwijaya dapat dilihat dari keberhasilannya di beberapa bidang, seperti bidang
maritim, politik, dan ekonomi. Wilayah kekuasaannya membentang dari Kamboja,
Thailand Selatan, Semenanjung Malaya, Sumatera, dan sebagian Jawa. Bahkan Sriwijaya
disebut sebagai negara nasional pertama di nusantara sebab wilayahnya begitu luas, hingga
meliputi hampir seluruh Indonesia. Ketika Balaputradewa berkuasa, agama Buddha juga
mengalami perkembangan pesat.
Dalam prasasti Nalanda, disebutkan bahwa Balaputradewa adalah raja besar Kerajaan
Sriwijaya yang merupakan cucu seorang raja Jawa bernama Dharanindra. Ayah
Balaputradewa bernama Samaragrawira yang merupakan keturunan Wangsa Syailendra
dan ibunya bernama Dewi Tara, putri Sri Dharmasetu dari Wangsa Soma. Berdasarkan
kemiripan nama, seorang filolog Belanda bernama De Casparis menyamakan
Samaragrawira dengan Samaratungga. Dan sepeninggal Samaratungga, terjadi perang
saudara memperebutkan takhta antara Balaputradewa melawan Rakai Pikatan, suami
saudarinya, Pramodawardhani. Balaputradewa yang kalah kemudian menyingkir ke
Sumatera. Teori ini dibantah oleh filolog Indonesia, Slamet Muljana, karena Samaratungga
hanya memiliki seorang anak, yaitu Pramodawardhani. Sedangkan Balaputradewa adalah
adik Samaratungga yang meninggalkan Jawa bukan karena kalah perang, tetapi karena
memang tidak memiliki hak atas takhta tanah Jawa. Baca juga: Raja-Raja Kerajaan
Sriwijaya Masa pemerintahan Balaputradewa Sebagai keturunan Wangsa Syailendra,
Balaputradewa berhasil menjadi raja di Sriwijaya. Pada masa kejayaannya, daerah
kekuasaan Kerajaan Sriwijaya membentang dari Kamboja, Thailand Selatan, Semenanjung
Malaya, Sumatera, dan sebagian Jawa. Selain itu, Kerajaan Sriwijaya menjadi pusat agama
Buddha Mahayana di Asia Tenggara. Raja Balaputradewa juga menjalin hubungan erat
dengan Kerajaan Benggala dari India yang kala itu dipimpin oleh Raja Dewapala Dewa.
Raja ini menghadiahkan sebidang tanah kepada Balaputradewa untuk mendirikan asrama
bagi para pelajar dan siswa yang sedang belajar di Nalanda. Hal tersebut menandakan
Balaputradewa memerhatikan ilmu pengetahuan bagi generasi mudanya.
C. Hayam Wuruk merupakan raja keempat dalam sejarah Kerajaan Majapahit. Bergelar Sri
Rajasanegara, ia memimpin Majapahit sejak tahun 1350 hingga 1389 Masehi. Bersama
Mahapatih Gajah Mada, Prabu Hayam Wuruk membawa Majapahit mencapai masa
kejayaan, termasuk menyatukan sebagian besar wilayah Nusantara. Dikutip dari hasil
penelitian Beni Suprianto dan Santi Sidhartani bertajuk "Karakter Tokoh Hayam Wuruk"
87