Page 37 - 3 Curut Berkacu
P. 37

 SotoSAKA19
hidungnya.
“Dapet upilnya, Nong?”, tanya gue balik.
Gue biasanya manggil kakak gue itu dengan ‘Jenong’,
karena bentuk jidatnya itu memang ‘jenong’ banget sih, seluas lapangan golf. Gue juga dipanggilnya ‘Caplang’, karena kuping gue yang sedikit lebar dibanding kuping- kuping lainnya yang ada di pasaran. Namun gue suka kok dengan kondisi kuping gue ini. Kata orang, pemilik kuping jenis ini biasanya orang itu pinter.
Meskipun demikian, gue dan kakak gue saling menyayangi. Gue juga selalu menghargainya sebagai kakak gue. Apalagi gue lebih muda 5 tahun dari dia.
“Oh dapet, dapet, Plang, nih!”
Dengan bangganya, dia menjulurkan upilnya ke gue.
Upil dengan warna hijau tua, pinggiran berwarna coklat tua. Digulung-gulungnya upil itu di hadapan gue. Eish, jijik banget gue liat pemandangan pagi ini, tapi menyenangkan.
Tentang ngupil, hal ini adalah perbuatan yang sangat populer bagi orang Indonesia. Coba deh tanyain ke diri sendiri, pasti sebagian besar membenarkannya. Dan yang lebih menariknya, saat abis ngupil gak langsung dibuang. Tapi ada beberapa tahap-tahapan yang dilakukan saat berhasil menemukannya. Tau gak apa itu?
Tahap pertama, upil yang ditemukan itu dibiarkan tetap pada ujung jari telunjuk. Kedua, upil di ujung jari telunjuk itu dihimpitkan bersama ibu jari, alias jempol! Ketiga, ketika upil sudah terhimpit antara kedua jari itu, maka upil mulai masuk dalam proses penggilingan, digiling- giling hingga berbentuk agak lonjong. Keempat, upil yang sudah berbentuk lonjong, dibentuk kembali menjadi bulat
























































































   35   36   37   38   39