Page 38 - 3 Curut Berkacu
P. 38

 20 3 Curut Berkacu
dengan cara diputar-putar oleh kedua jari tersebut, dan kelima: baru si upil dibuang. Serumit itu ya urusan si upil.
Ya, itu lah segelumit yang gue tau tentang upil. Sebenarnya menjijikkan sih, tapi seringnya seru juga sambil mengisi waktu luang. Dan yang lebih seru lagi jika sudah sampai pada tahap keempat, sebelum gue buang, si upil biasanya gue hirup dulu di hidung gue dengan hirupan dalam, seolah itu sebuah bentuk salam perpisahan upil dari tempat tinggal sebelumnya, hidung gue! Btw, kok gue malah bahas soal upil ya? Hahahaha.
“Ah, Nong, jauhin tangan lu dong, njir! Jorok, kampret!”
Hardik gue dengan mimik wajah yang tablo, bibir gue yang rada memble dan mata yang tertuju pada upilnya, serta alis gue yang naik, seraya menggeser tangannya menjauh dari hadapan gue.
Hening sejenak.
“Gue ini bukan mau ke sekolah, Nong.,” lanjut gue. “Lah, terus lu mau ke mana?” tanyanya balik.
“Gue mau latihan Saka Bhayangkara di Polres, ini
kegiatan organisasi Pramuka di luar sekolah, Nong!” jelas gue.
“Hemmm,” desahnya sambil menganggukkan kepala. Mungkin dia masih fokus pada urusan penting upilnya.
***
Gue pun tiba di Polres. Sesuai rencana, gue datang
lebih awal. Saking awalnya, belum sebutir anak Pramuka pun yang datang, bahkan di parkiran yang biasanya ramai dipenuhi kendaraan, kali ini hanya gue yang bercokol. Mungkin sepatutnya gue berbangga hati menjadi penghuni pertama di bawah pohon seri yang sejuk ini, tempat gue






















































































   36   37   38   39   40