Page 38 - E-BOOK BAHASA ARAB 1
P. 38
2. Adanya alif-lam, contoh: بﺎﺘﻜﻟا (al-kitabu = buku).
3. Terletak setelah huruf nida' (untuk memanggil). Contoh: ﺪﻤﺤﻣ ﺎﻳ
(wahai/ya Muhammad). Setiap kata yang terletak setelah ﺎﻳ (wahai)
maka ia adalah isim. Dalam Bahasa Indonesia pun demikian, setiap
kata yang muncul setelah 'wahai' biasanya adalah kata benda (nama
orang misalnya). Dan kata benda termasuk bagian dari isim.
4. Majrur, yang di antara tandanya adalah harakat kasrah. Majrur
merupakan salah satu kekhususan yang dimiliki oleh isim. Majrur-nya
isim bisa karena didahului oleh huruf jar, atau karena merupakan
bentuk idhafah.
Contoh:ِةﺮﺠﺸﻟا ﲆَﻋ (di atas pohon) merupakan bentuk jar-majrur, ﲆَﻋ
َ َ
َ
َ
adalah huruf jar, sedangkan ِةﺮﺠﺸﻟا (asy-syajarati) adalah isim yang
َ َ
karena didahului oleh huruf jar sehingga dibaca majrur dengan
kasrah.
Untuk bentuk idhafah˛ misalnyaِةﺮﺠﺸﻟا ﻦﺼﻏ (ghushnusy-syajarati =
َ َ
ْ
ranting pohon). Kataﻦﺼﻏ adalah mudhaf, sedangkan ِةﺮﺠﺸﻟا mudhaf
َ َ
ْ
ilaih. Perlu diingat, mudhaf ilaih selalu majrur. Jika ada satu kata yang
berfungsi sebagai mudhaf ilaih dan kata tersebut dapat langsung
dimajrurkan (contoh: ِةﺮﺠﺸﻟا yang majrur dengan kasrah) maka ia
َ َ
adalah isim. Mudhaf (dalam hal ini ﻦﺼﻏ ) sebenarnya pun adalah isim.
ْ
Sehingga dapat kita katakan bahwa bentuk idhafah dalam kasus di
atas, baik itu mudhaf maupun mudhaf ilaih, keduanya adalah isim.
1.Setiap kata yang menjadi pokok pembicaraan. Misalnya,ٌﺪﻴِﻔﻣ بﺎﺘِﻜﻟا
ُ
ْ
ُ
(buku itu bermanfaat). Yang menjadi pokok pembicaraan dalam
kalimat tersebut adalah kata بﺎﺘِﻜﻟا, sehingga بﺎﺘِﻜﻟا adalah isim.
ُ
ُ
Tanwin dan alif-lam tidak mungkin bersatu pada satu kata. Sebagai
contoh untuk kata ةﺮﺠﺷ (pohon).
Salah: ةﺮﺠﺸﻟا (asy-syajaratun)
ٌ
َ َ
Benar: ةﺮﺠﺷ (syajaratun) atau ةﺮﺠﺸﻟا (asy-syajaratu)
ٌ
َ َ
َ َ