Page 27 - jogja_Ebook 1 small
P. 27
Toponim Kota Yogyakarta 9
1755, terdapat suatu tempat dan ndalem yang dipakai Pangeran Mangkubumi tatkala
angkat senjata melawan penguasa. Persinggahan ini bernama Ayogya, yang berikutnya
digunakan sebagai nama keraton barunya.
Kisah kunjungan Gubernur Jenderal Van Imhoff (1743-1750) dari Solo ke wilayah
Mataram, terutama di tempat bernama Ayogya, pada 1746 perlu disimak pula. Dalam
pandangan Orang Jawa, petinggi kolonial menyambangi distrik kuno Mataram dalam
situasi damai, tentu menyinggahi pavilum (pesanggrahan) kerajaan yang terletak di
Ayogya. Pembesar Belanda tersebut menghabiskan waktu tiga hari di Ayogya. Pergi
melihat pasar Gede (Kota Gede), Karta dan Plered, lalu pantai selatan, selanjutnya
kembali ke Ayogya, dimana ia terkejut mendapati tanah Yogya begitu subur. Cerita
ini menegaskan, di sana pernah ada penginapan kerajaan, sebelum Mangkubumi
mendirikan istananya usai perjanjian Giyanti. Bukan Imhoff saja yang sempat mampir di
Mataram, dalam laporan 1743 Raden Mas Garendi (1742- 1743) perrnah mendirikan
pekemahan. Ia juga bukan orang pertama yang berdiam di Ayogya.
Nama tersebut mengandung kata “yogya”, dalam bahasa Jawa kuno dan Jawa Modern DRAFT
berarti “sesuai, layak, pas” (Zoetmulder 1982:II 2365; Pigeaud 1938:157). Etimologi
ini dibekukan Wilhelm von Humboldt (1767-1835), pakar bahasa permulaan abad XIX,
dalam bukunya bahasa kawi di Java. Yogya merupakan kata umum —kendati berasal
dari bahasa Sansekerta— yang artinya bukan sekadar rumah peristirahatan kerajaan
(pesanggrahan), namun kediaman pangeran Jawa seperti Mangkubumi.
Pendapat lain mengatakan bahwa nama Yogyakarta berasal dari kota pusat yang
tertuang pada buku Jawa kuno Ramayana? Nama itu dikenal di Jawa dari buku
Ramayana. ‘Ayodhyapura’ disinggung pula dalam sumber abad XIV Desawarnana
(Negarakartagama). Pendapat ini diperkuat oleh Thomas Raffles dalam pustaka
History of Java, terbit tahun 1871, yang menegaskan bahwa kota ini “diberi nama oleh
pendirinya menurut nama Ayudhya, ibukota Rama yang terkenal”, yang kemungkinan
hanya didengar Raffles dari tradisi tutur orang Jawa yang ditemuinya. Hanya saja
memang tanpa bukti tertulis yang kuat.
Tampaknya yang dimaksudkan di situ ialah kota Ayodhyapura (Ayutthaya) di Muang
Thai, bukan tempat di tanah Jawa. Nyata bahwa nama itu masih dikenal era Islam.
Kota Ayodya/Ngayodya tersurat dalam Serat Rama garapan Yasadipura I perihal