Page 45 - Modul Sejarah Peminatan
P. 45
petani sebagai budak dari tuan tanah ini memang status yang disyahkan oleh
pemerintah Rusia sejak Undang-Undang Perbudakan tahun 1646 dari Tsar
4.Revolusi Rusia Alexis
I. walaupun pada tahun 1861 Tsar Alexander II menghapuskan perbudakan,
hidup petani belum mengalami kemajuan yang nyata. Di dalam kebijakan
penghapusan perbudakan ini (Undang-Undang Emansipasi), Tsar II
menyatakan bahwa bekas budak mendapat tanah sebagai miliknya, tetapi
sebagai milik bersama (kolektif) dari suatu desa (mir). Satu tanah desa
dikepalai satu orang kepala mir (lurah desa). Lama kelamaan Mir ini
bertindak sebagai tuan tanah saja terhadap petani- petani anggaota mir.
Kepala mir akhirnya menjadi petani besar dan kaya yang disebut kulak.
Hidup petani biasa tetap sengsara.
a. Pemikiran-Pemikiran yang Melandasi Revolusi Rusia
1) Liberalisme
Pada permulaan abad XIX (masa sesudah Kongres Wina) keadaan Rusia masih
sangat terbelakang jika dibandingkan dengan keadaan Eropa Barat. Masyarakat
Rusia terbagi atas dua golongan saja, ialah : tuan tanah (bangsawan) dan petani
(rakyat jelata). Industry belum ada dan karena itu belum ada kaum pertengahan Pada tahun 1861 Tsar Alexander II
(atau kaum borjuis). Rusia masih merupakan negara agraris yang kolot. Tidak menghapuskan perbudakan di Rusia.
adanya kaum pertengahan ini mempersukar masuknya liberialisme ke Rusia,
karena lazimnya kaum pertengahanlah yang meruakan pendukung liberialisme.
Pada tahun 1906 dibawah pemerintahan Tsar Nicolas II oleh menteri Stolypin
Keadaan masyarakat Rusia masih kolot. Dipandangan mata rakyat yang sistim mir dihapuskan. Tanah tidak lagi merupakan milik kolektif dari mir,
kolot itu Tsar Rusia lebih merupakan seorang dewa yang keramat. tetapi diberikan kepada petani sebagai milik perseorangan. Tetapi perubahan
Bangsawan yang berdekatan denga raja, mempunyai kedudukan yang agrarian dari menteri Stolypin agak terlambat diadakannya, karena ketika itu
revolusi Rusia sudah mulai mendidih dan tindakan Stolypin itu oleh kaum
istimewa di atas rakyat. Mereka merupakan tuan tanah besar yang revolusioner dianggap sebagai tanda kelemahan pemerintahan tsar (baru kalah
mengekang hidup rakyat jelaata sebagai petani. dalam perang Rusia-Jepang 1905) dan tidak sebagai perbaikan nasib petani.
Rakyat jelata sebagaian besar merupakan petani miskin yang tidak memiliki tanah Menyikapi kondisi Rusia yang semakin terpuruk, berkembang pemikiran liberal
sendiri, tetapi hanya mengerjakan tanah dari tuan tanah. Mereka diharuskan dikalangan pelajar Rusia, mereka Ingin membangun Rusia atas dasar konsepsi
tunduk kepada segala kehendak tuan tanahnya dan tidak boleh pindah ke lain Barat. Menurut pendapatnya, Negara itu adalah badan politik belaka untuk
tempat (ke lain daerah). Terikat kepada tempat tinggalnya dan terpaksa tunduk mencapai kesejahteraan rakyat, dan karena politik itu adalah soal ratio, maka
kepada tuan tanahnya, petani merupakan budak belaka dari tuan tanahnya. Status Negara harus disusun atas dasar ratio pula. Menurut pendapat mereka, Rusia