Page 39 - XII WAJIB KELAS IPA_SEJARAH INDONESIA-converted
P. 39

Kekuatan politik baru lainnya adalah PKI. PKI sebagai partai yang bangkit kembali pada
                 tahun 1952 dari puing-puing pemberontakan Madiun 1948. PKI kemudian muncul menjadi
                 kekuatan baru pada Pemilihan Umum

                 1955. Dengan menerima Penetapan Presiden No. 7/1959, partai ini mendapat tempat dalam
                 konstelasi  politik  baru.  Kemudian  dengan  menyokong  gagasan  Nasakom  dari  Presiden
                 Soekarno, PKI dapat memperkuat kedudukannya. Sejak saat itu PKI berusaha menyaingi TNI
                 dengan memanfaatkan dukungan yang diberikan oleh Soekarno untuk menekan pengaruh
                 TNI AD.

               3.  Pembebasan Irian Barat

                   Salah satu isu politik luar negeri yang terus menjadi pekerjaan rumah kabinet RI adalah
               masalah Irian Barat. Wilayah ini telah menjadi bagian RI yang diproklamasikan sejak 17
               Agustus 1945. Akan tetapi dalam perundingan KMB tahun 1950 masalah penyerahan Irian
               Barat ditangguhkan satu tahun dan berhasil dicapai dalam suatu kompromi pasal di Piagam
               Penyerahan Kedaulatan yang berbunyi:


                   “Mengingat  kebulatan  hati  pihak-pihak  yang  bersangkutan  hendak  mempertahankan  asas
                   supaya semua perselisihan yang mungkin ternyata kelak atau timbul diselesaikan dengan jalan
                   patut dan rukun, maka status quo Irian (Nieuw Guinea) tetap berlaku seraya ditentukan bahwa
                   dalam waktu setahun sesudah tanggal penyerahan kedaulatan kepada Republik Indonesia Serikat
                   masalah  kedaulatan  Irian  akan  diselesaikan  dengan  jalan  perundingan  antara  Republik
                   Indonesia  Serikat  dan  Kerajaan  Nederland”.  (Piagam  Penyerahan  Kedaulatan,  dalam
                   Notosoetardjo,  Dokumen-dokumen  Konperensi  Medja  Bundar:  Sebelum,  Sesudah  dan
                   Pembubarannya, Pustaka Endang, 1956)
                     Presiden Soekarno dalam pidatonya tanggal 30 September 1960 di depan Sidang Majelis
                 Umum PBB menegaskan kembali sikapnya tentang upaya mengembalikan Irian Barat ke
                 pangkuan  RI.  Dalam  pidato  yang  berjudul  Membangun  Dunia  Kembali,  Soekarno
                 menegaskan bahwa:


                     “Kami telah berusaha untuk menyelesaikan masalah Irian Barat. Kami telah berusaha dengan
                     sungguh-sungguh dan dengan penuh kesabaran dan penuh toleransi dan penuh harapan. Kami
                     telah  berusaha  untuk  mengadakan  perundingan-perundingan  bilateral....  Harapan  lenyap,
                     kesabaran hilang;

                     bahkan  toleransi  pun  mencapai  batasnya.  Semuanya  itu  kini  telah  habis  dan  Belanda  tidak
                     memberikan alternatif lainnya, kecuali memperkeras sikap kami.”

                     (Sketsa Perjalanan Bangsa Berdemokrasi, Depkominfo, 2005)

                     Pidato Presiden Soekarno itu, membawa dampak kepada dibuka kembalinya perdebatan Irian
                 Barat di PBB. Usulan yang muncul dari perdebatan itu adalah agar pihak Belanda menyerahkan
                 kedaulatan Irian Barat kepada Republik Indonesia. Penyerahan ini dilakukan melalui PBB dalam
                 waktu dua tahun. Usulan ini datang dari wakil Amerika Serika di PBB, Ellsworth Bunker. Usulan
                 itu secara prinsip disetujui oleh Pemerintah Indonesia namun dengan waktu yang lebih singkat.
                 Sedangkan pemerintah Belanda lebih menginginkan membentuk negara Papua terlebih dahulu.
   34   35   36   37   38   39   40   41   42   43   44