Page 5 - Demo
P. 5
2.1 Sejarah Desa Pulutan
BAB II LANDASAN TEORI
Desa Pulutan dahulunya adalah hutan lebat. Pada tahun 1900-an mulai ada penduduk karena penduduk disekitar daerah ini dating membuka perladangan untuk berkebun sehingga lama kelamaan mereka mulai tinggal menetap. Berdasarkan sejarah nama kampong “Pulutan” mulai digunakan pada tahun 1916 karena sudah ada penduduk. Pada awalnya penduduk yang menetap ini beribadah di Desa Parepei karena belum ada tempat ibadah di desa ini dan pada masa ini kampong pulutan merupaka filia/dusun yang jauh dari Desa Parepei dan yang memimpin masyarakat di Desa Parepei adalah Parewis/Kepala Jaga yang bernama Alfrits Charlis Wawoh dan Soleiman Mamahit.
Sedangkan Desa Pulutan resmi berdiri sebagai Desa pada tanggal 28 Mei 1928, sebagai Hukum Tua pertama adalah Gerit Wowor (pensiunan tentara KNIL dengan STB 74143), lahir pada tanggal 21 April 1890 dan meninggal tanggal 29 Desember 1953. Pada masa ini gereja tua/kendir mulai didirikan. Disebut gereja kendir sebab gereja ini terbuat dari dinding bamboo/tahaki kemudian dilakukan pembangunan pada gereja ini dengan melibatkan seluruh kepala jaga.
Menurut cerita rakyat, Desa Pulutan dan Desa Parepei sebenarnya merupakan bagian dari wilayah “Tounpakewa/Tountemboan”. Hal ini dibuktikan dengan adanya tempat pengambilan air sekaligus pemandian yang oleh penduduk Desa Parepei diberi nama mata air “Kulo” yang merupakan Bahasa Tountemboan yang berarti air jernih. Ketika terjadi perebutan wilayah antara Tountemboan dan Tolour, Opo/Tonaas Rorongkere sebagai wali Tountemboan dan Opo/Tonaas Retor sebagai wali Tolour berembuk bersama Tonaas Pulutan yaitu Ratumbanua untuk menentukan batas wilayah antara wilayah Kawangkoan dan Remboken. Sebelum waktu penetuan batas wilayah, Opo Retor dan Opo Ratumbanua memerintahkan rakyat Remboken pada suatu malam untuk menggali lubang sepanjang Wilayah antara Desa Koregesan dan Desa Pulutan dengan menghamburkan “Renge” atau siput dan “Ru upeng” pecahan tanah liat yang sudah dibakar pada lubang yang telah dugali.
Pada hari penentuan batas wilayah Opo dari Tountemboan tidak dapat membuktikan dengan jelas batas wilayah Tountemboan, sedangkan Opo Tolour membuktikan dengan jelas batas wilayah “Renga” dan “Ru upeng”. Bukti tersebut hanya bisa didapatkan pada wilayah Tolour. Dengan dasar itulah penguasa “Tounpakewa” menyetujui batas wilayah tersebut, dimana wilayah Pulutan masuk dalam kekuasaan Tolour. Masuknya Puluta pada wilayah
5