Page 11 - E-Book Agama dan Budi Pekerti
P. 11
E-Book Agama dan Budi Pekerti 2021
B. Memupuk Sikap Demokratis Sejak Dini
Untuk mencapai demokrasi, seluruh pihak yang terlibat harus sepakat bahwa
keadilan harus ditegakkan dan kepedulian terhadap sesama mewarnai keputusan yang
diambil dan tindakan yang dilakukan (Cohen, 2006). Sikap demokratis tidak tumbuh
dengan sendirinya, namun harus dipupuk sejak dini. Ini diawali dengan menumbuhkan
sikap mengasihi sesama, tidak menganggap diri lebih istimewa daripada orang lain.
Sejak dini orang tua perlu menerapkan pola asuh yang demokratis, yaitu yang memberi
kesempatan kepada anak untuk menyuarakan pendapat mereka yang mungkin saja
berbeda dari pendapat orang tua. Penghargaan terhadap pendapat anak akan
memupuk rasa percaya diri anak yang berakibat pada munculnya rasa menghargai
orang lain juga (Baumeister, Campbell, Krueger, & Vohs, 2003).
Berdasarkan berbagai pembahasan di atas kita dapat melihat bahwa praktik-
praktik hak asasi manusia di negara kita memang masih jauh dari yang kita idam-
idamkan. Pemerintah belum sepenuhnya mewujudkan tugasnya dalam memenuhi
demokrasi dan HAM bagi rakyat. Berbagai pelanggaran hak asasi manusia masih terus
terjadi. Apabila di masa Perjanjian Lama Allah memerintahkan Musa mendirikan kota-
kota perlindungan, sehingga orang yang tidak bersalah dapat hidup dengan aman, maka
di Indonesia hal itu masih jauh dari kenyataan. Banyak orang yang belum dapat
menikmati hidup yang aman dengan jaminan pemerintah atas hak-hak asasi mereka.
Kita terus berharap suatu saat kelak seluruh rakyat Indonesia akan memperoleh haknya
sebagai manusia makhluk mulia ciptaan Allah.
Bagaimana Jika Seseorang Melakukan Pelanggaran Tanpa Sengaja?
Dalam kaitannya dengan pelanggaran yang dilakukan secara tidak sengaja, Kitab
Bilangan 35:9-34, memuat perintah Allah kepada Musa untuk membangun kota-kota
perlindungan apabila mereka telah tiba di Kanaan. Tujuan membangun kota tersebut
supaya dapat dijadikan tempat tinggal bagi mereka yang secara tidak sengaja telah
menghilangkan nyawa seseorang.
Pemahaman tentang “kota-kota perlindungan” seperti yang dibicarakan dalam
Bilangan 35:9-34 menjamin perlakuan yang lebih adil bagi orang-orang yang terlibat
dalam kasus seperti di atas. Dasar keadilan inilah yang dapat kita lihat dalam hukum
modern, ketika hakim mempertimbangkan berbagai sisi dari sebuah kasus kriminalitas.
Sebagai contoh, kasus Nenek Minah yang mencuri tiga butir kakao seperti berikut
ini:
MENCURI 3 BUAH KAKAO, NENEK MINAH DIHUKUM 1 BULAN 15 HARI
Nenek Minah (55) tak pernah menyangka perbuatan isengnya memetik tiga buah
kakao di perkebunan milik PT Rumpun Sari Antan (RSA) akan menjadikannya sebagai
pesakitan di ruang pengadilan. Bahkan untuk perbuatannya itu dia diganjar 1 bulan 15
hari penjara dengan masa percobaan tiga bulan.
Ironi hukum di Indonesia ini berawal saat Minah sedang memanen kedelai di lahan
garapannya di Dusun Sidoarjo, Desa Darmakradenan, Kecamatan Ajibarang, Banyumas,
Jawa Tengah, pada 2 Agustus lalu. Lahan garapan Minah ini juga dikelola oleh PT RSA
untuk menanam kakao.